Program Studi DIII Analis Kimia UII menyelenggarakan Workshop Pengembangan Kurikulum Berbasis KKNI Senin (08/05/2017) di Ruang Sidang Utama lantai 1 FMIPA UII. Workshop yang dihadiri oleh Dekan, Kepala Divisi Akademik, Kepala Divisi SIM FMIPA UII, dosen-dosen pengampu Prodi DIII Analis Kimia, perwakilan stakeholder, user, alumni dan mahasiswa menghadirkan dua narasumber yaitu Very Tri Jatmiko, S.Si., M.M Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta dan Dra. Shopia Soerjandari, Apt selaku Manajer QC PT. Konimex Surakarta.
Workshop Pengembangan Kurikulum Berbasis KKNI ini dibuka oleh Dekan FMIPA UII, Drs. Allwar, M.Sc., Ph.D. Dalam sesi sambutan, Drs. Allwar, M.Sc. Ph.D. menuturkan bahwa kurikulum yang diterapkan oleh suatu program studi harus diperbaharui secara rutin sebagai tanggapan terhadap perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), kebutuhan masyarakat, serta kebutuhan pengguna lulusan dan hal tersebut tidak boleh terlepas dari regulasi yang berlaku di Indonesia, salah satunya KKNI atau Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. Pengguna lulusan Prodi Analis Kimia UII adalah industri ataupun instansi, jadi sudah seharusnya kurikulum yang diterapkan di program studi dapat mendukung tercapainya kompetensi lulusan yang sesuai dengan kompetensi yang diperlukan oleh industri, imbuh Drs. Allwar, M.Sc., Ph.D.
Kompetensi lulusan DIII Analis Kimia yang diperlukan oleh industri menurut Dra. Shopia Soerjandari, Apt adalah pemahaman terhadap pemastian dan penjaminan mutu. Seorang analis atau asisten analis harus mampu mengambil sampel secara benar, bekerja secara aseptis, tidak semata-mata kemampuan akademisnya tetapi harus didukung oleh karakter yang baik, mudah diajak kerjasama, mudah beradaptasi dengan lingkungan baru dan memiliki kemauan yang keras untuk terus belajar. Pengalaman organisasi cukup mendukung kompetensi yang dibutuhkan industri. Peluang karir DIII Analis Kimia UII khususnya di PT. Konimex cukup besar antara lain sebagai analis atau asisten analis di Laboratorium Quality Control , Laboratorium riset metode analisa fisika, kimia dan mikrobiologi, Laboratorium riset produk dan Quality audit, imbuh Dra. Shopia Soerjandari, Apt.
Kompetensi yang harus ada pada lulusan DIII Analis Kimia yang bekerja di bidang lingkungan menurut Very Tri Jatmiko, S.Si., M.M. antara lain mempunyai wawasan mengenai pengelolaan lingkungan perkotaan, mampu memahami dalam setiap permasalahan lingkungan, mengetahui analisis kimia dan perannya dalam membentuk ekosistem lingkungan mampu menganalisis setiap permasalahan lingkungan di lapangan dan mampu memberikan solusi dalam setiap kejadian, mampu menggambarkan setiap kejadian di lingkungan dan menjelaskan sebab akibat dan mampu melaporkan hasil uji kepada masayarakat dengan mengolahnya dalam bentuk yang dipahami oleh masyarakat. Di sisi lain, profil lulusan saat ini masih dinilai kurang aktif dan inisiatif dalam melaksanakan pekerjaannya, belum luwes dalam mengoperasikan peralatan laboratorium dan belum memahami standar acuan dalam analisis terutama ISO 17025 secara komprehensif, oleh karena itu desain kurikulum yang akan diterapkan oleh Prodi DIII Analis Kimia diharapkan mampu memberi solusi terhadap kondisi tersebut.
Very Tri Jatmiko, S.Si., M.M. menyarankan, mata kuliah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dijadikan mata kuliah wajib bagi mahasiswa DIII Analis Kimia. AMDAL itu penting bagi orang lingkungan, memang benar persyaratan penyusun AMDAL perlu ada kualifikasi tetapi peran lulusan DIII Analis Kimia dalam sampling dan proses analisis lingkungan tidak bisa terlepas dari penyusunan dokumen AMDAL. Terkait pengemasan dan kedalaman materi yang diberikan dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada dalam program studi, imbuh Very Tri Jatmiko, S.Si., M.M.
Dalam kesempatan ini, Ketua Program Studi DIII Analis Kimia FMIPA UII, Thorikul Huda, S.Si., M.Sc. menyampaikan beberapa hasil focus discussing group pengembangan kurikulum yang telah dilaksanakan Program Studi DIII Analis Kimia. Thorikul Huda, S.Si., M.Sc. memaparkan bahwa kurikulum yang diterapkan Program Studi Analis Kimia UII saat ini adalah Kurikulum 2014 dan akan dievaluasi dan dikembangkan dengan mengacu pada KKNI dan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). SKKNI yang digunakan adalah SKKNI untuk sektor laboratori, dengan skema yang dikembangkan adalah volumetri, spektrometri dan kromatografi di mana para mahasiswa dianjurkan untuk mengikuti uji kompetensi untuk mengetahui tingkat kecakapan mahasiswa dalam ketiga skema tersebut. Rencananya untuk kurikulum 2018/2019, uji kompetensi tersebut bersifat wajib bagi mahasiswa, sehingga diharapkan kompetensi lulusan yang dihasilkan oleh Program Studi DIII Analis Kimia memiliki keselarasan dengan kompetensi yang dibutuhkan dalam bidang kerjanya sehingga upgrading kompetensi lulusan di bidang kerjanya tidak banyak.
Thorikul Huda, S.Si., M.Sc. menuturkan, jumlah SKS minimal untuk mahasiswa DIII Analis Kimia adalah 108 SKS dan maksimal 120 SKS, sehingga idealnya setiap semester mahasiswa mengambil 20 SKS. Definisi 1 SKS proses pembelajaran kuliah terdiri 50 menit tatap muka, 60 menit tugas terstruktur dan 60 menit tugas mandiri, sehingga penerapan secara riil di kurikulum berikutnya menjadi penting. Selain itu terkait tugas akhir, Thorikul Huda , S.Si., M.Sc mengatakan perlu adanya kajian lebih lanjut terkait bentuk tugas akhir untuk kurikulum selanjutnya karena selama ini kualitas laporan tugas akhir PKL masih beragam. Thorikul Huda, S.Si., M.Sc. menegaskan bahwa kurikulum yang selanjutnya mempertimbangkan masukan dari stakeholder atau user alumni DIII Analis Kimia, mencakup kurikulum Ulil Albab sehingga visi dan misi DIII Analis Kimia UII akan tercapai.


Para founding fathers memiliki cita-cita yang besar dalam melahirkan calon pemimpin bangsa yang mampu memberikan pengaruh nilai keislaman betul-betul menjaga kualitas dan mutu pendidikan. Saat Sekolah Tinggi Islam dibuka untuk yang pertama kalinya, lebih dari seratus mahasiswa yang mendaftar, hanya 45 mahasiswa yang lulus dan hanya 15 mahasiswa yang benar-benr lulus diterima sebagai mahasiswa. Keunggulan pendidikan benar-benar dijaga, mahasiswa yang berasal dari sekolah umum harus mengikuti matrikulasi agama Islam dan Bahasa Arab, sebaliknya mahasiswa dari sekolah agama dididik pengetahuan umum melalui program matrikulasi selama 1 tahun. Langkah tersebut menjadi bukti founding father yang bermimpi UII akan seperti Universitas Al Azhar Cairo. 
Prodi D III Analis Kimia senantiasa berupaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas input mahasiswa baru, sehingga pada hari Kamis 23 Februari 2017 mengadakan sarasehan promosi bersama dengan Program DIII Ekonomi UII. Sebanyak enam dosen dari Prodi D III Analis Kimia dan empat orang dari Program D III Ekonomi yang mengikuti kegiatan sarasehan tersebut. Diskusi diawali dengan pemaparan perkembangan mahasiswa baru di masing-masing Prodi. Program D III Ekonomi diwakili oleh Aidha Trisyanti menyampaikan bahwa perkembangan anomi calon mahasiswa baru yang berminat untuk studi di D III Ekonomi UII saat ini cukup tinggi, terbukti pada tahun akademik 2016-2017 banyak mahasiswa yang tidak diterima karena kuota sudah terpenuhi. Hal yang sedikit sama juga disampaikan oleh Thorikul Huda sebagai Ketua Program DIII Analis Kimia yang menuturkan bahwa sejak tahun 2013 minat untuk kuliah di prodinya cukup baik terbukti semenjak tahun tersebut jumlah mahasiswa stabil untuk penyelenggaraan 2 kelas secara parallel.
Mulai awal bulan Februari 2017 beberapa mahasiswa Program Studi (Prodi) DIII Analis Kimia sudah melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL). PKL tersebut merupakan syarat wajib bagi mahasiswa untuk dapat lulus kuliah di Prodi D III Analis Kimia UII. Tempat PKL mahasiswa tersebar diberbagai instansi baik negeri maupun swasta. Beberapa lembaga pemerintah yang digunakan sebagai tempat untk PKL mahasiswa diantaranya adalah laboratorium yang dimilihi oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Balai Konservasi Borobudur, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan lain sebagainya. Sedangkan industry tempat PKL mahasiswa yaitu PT Indofood, PT Pertamina, PT. Petrokimia Gresik, PT. Indosemen dan lain-lain. Prodi DIII Analis Kimia memandang perlu untuk melakukan monitoring secara langsung proses PKL mahasiswa dengan cara melakukan kunjungan ke tempat PKL. Hal tersebut terlihat ketika dosen pembimbing PKL diminta untuk melakukan kunjungan untuk melihat aktivitas mahasiswa yang sedang PKL pada hari Senin tanggal 20 Februari 2017.
Forum Perguruan Tinggi Vokasi Indonesia (FPTVI) pada tanggal 10 Februari 2017 menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ketiga di Universitas Udayana Bali. Sehari sebelum rakernas terlebih dahulu diadakan Seminar Nasional 2017 dengan tema “Membangun Penelitian Terapan Berbasis Inovasi dan Sinergi antara Pendidikan Tinggi Vokasi (UNISTA) Industri serta Pemerintah menuju Indonesia yang Unggul. Seminar diawali penyampaian materi oleh perwakilan SES Coordinator Indonesia dengan topic “Best Practice Penelitian Terapan berbasis inovasi dan sinergi antara pendidikan tinggi vokasi, industry dan Pemrintah di Negara Jerman. Dua orang perwakilan Program Studi (Prodi) DIII Analis Kimia yaitu Thorikul Huda dan Yuli Rohyami turut berpartisipasi sebagai presenter pada sesi diskusi parallel. Judul makalah yang disampaikan oleh Thorikul Huda adalah “ The Effect of Inquiry Leraning with Video Tutorial on Student Competency Achivement” sedangkan Yuli Rohyami menyampaikan judul “ Implementation of Role Playing Learning and Certification Trial on Practical of Water, Soil and Air Analysis”.
Rombongan peserta pelatihan penyusunan dokumen (pendok) Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang diadakan oleh Forum Perguruan Tinggi Vokasi Indonesia (FPTVI), hari Kamis 16 Februari 2017 berkunjung ke LSP UII dalam rangka untuk studi banding pembentukan LSP. Hadir dalam kesempatan tersebut adalah Dr. Allwar, M.Sc selaku Dekan FMIPA UII yang secara khusus menyambut kedatangan 18 orang anggota FPTVI yang mengikuti pelatihan pendok. Semua yang berkunjung di LSP UII adalah dosen dari berbagai perguruan tinggi di Aceh, Jakarta, Malang, Surabaya, Yogyakarta dan Kendari. Pada kesempatan tersebut Dekan FMIPA mengucapkan selamat dating kepada para tamu dan berharap agar kedepan bisa ada kerjasama antara LSP UII dengan FPTVI.
Peserta pelatihan pendok terlihat begitu antusias ketika melakukan kunjungan ke LSP UII terbukti dengan banyaknya peserta yang meminta informasi seputar pendirian dan dukungan institusi terhadap LSP. Thorik menjelaskan bahwa support yang diberikan oleh institusi sangat baik terbukti dari dukungan moril maupun materiil termasuk pendanaan selama proses menuju lisensi. Sebagian besar tamu yang hadir pada kesempatan itu berminat untuk lebih banyak lagi belajar ke UII mengenai proses lisensi LSP, dan mereka pada umumnya berencana untuk mendatangkan tim pendirian LSP di masing-masing kampus untuk belajar ke UII.