Prodi DIII Analisis Kimia pada Tanggal 1 Maret 2018 melakukan kegiatan Visitasi Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada beberapa tempat PKL Mahasiswa di DKI Jakarta meliputi industri dan instansi pemerintahan. Tempat PKL Mahasiswa di lingkup industri yang dikunjungi adalah PT Salim Ivomas Pratama Tbk. yang berlokasi di Jln.Industri 1,Tanjung Priok Kota Jakarta Utara, sedangkan instansi pemerintahan yang dikunjungi adalah Balai Pengujian dan Identifikasi Barang (BPIB) Bea Cukai yang berlokasi di Jl. LetJend Suprapto No.66, Jakarta.
Kegiatan visitasi ini dilakukan dalam rangka membangun hubungan yang sinergis antara dunia pendidikan dengan dunia kerja. Adanya kunjungan ini diharapkan menjadi supporting pada mahasiswa yang sedang melaksanakan PKl sehingga dapat menyelesaikan serangkaian agenda PKL dengan baik dan tepat waktu. Selain itu, pihak Prodi DIII Analisis Kimia berharap akan adanya hubungan yang lebih erat antara kampus dan tempat PKL dalam hal pengembangan kurikulum dan peningkatan kompetensi lulusan. Seperti yang telah diketahui, lulusan Diploma atau vokasi didasarkan pada pribadi-pribadi yang siap bekerja setelah lulus, oleh karen itu, diperlukan adanya penyelarasan antara kompetensi yang diberikan dalam proses pembelajaran dan kompetensi kerja yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Prodi DIII Analisis Kimia tidak ingin adanya gab yang terlalu besar antara dunia pendidikan dan dunia kerja. Dalam kunjungan ini, semua tempat PKL yang dikunjungi menyambut baik harapan dan keinginan dari Prodi DIII Analisis Kimia, sehingga kedepannya hubungan antara Prodi DIII Analisis Kimia dan Instansi terkait dapat dituangkan dalam bentuk kerja sama tertulis (MoU). Kerjasama tersebut tidak hanya terjalin untuk PKL kegiatan lain yang terjalin selain, misalnya PT Salim Ivomas bersedia untuk memberikan kuliah tamu kepada mahasiswa mengenai produksi dan analisis di bidang industri minyak sawit, hal ini bermanfaat dalam transfer ilmu antara industri dan dunia pendidikan. Sedangkan pihak BPIB Bea Cukai Jakarta sangat terbuka untuk adanya kegiatan penelitian yang dapat diaplikasikan dalam lingkup kerja laboratorium, salah satu contoh penelitian yang dikembangkan adalah analisis senyawa narkotika menggunakan instrumen X-Ray Diffraction (XRD). Pengembangan metode analisis tersebut diharapkan dapat mempercepat waktu identifikasi barang sehingga kinerja BPIB akan lebih maksimal, efektif dan efisien.









Penandatanganan MoU ini dibarengi dengan kegiatan implementasi kerjasama berupa Pelatihan Pembuatan Media Pembelajaran dengan Camtasia oleh Bapak Thorikul Huda, M.Sc. Pada pemaparannya, Bapak Thorikul Huda, M.Sc menyampaikan bahwa generasi sekarang merupakan era revolusi industri 4.0 yang menekankan pada pola digital,artificial intelligence, big data, robotic atau dikenal dengan fenomena disruptive innovation. Di era ini, pengajaran dituntut untuk berubah menjadi virtual, dimana siswa-siswanya dapat mempelajari kembali setiap penjelasan guru setiap saat, kapan pun, walau tidak ada guru sekalipun. Oleh karena itu, perlu dihadirkan suatu media pembelajaran yang dapat diakses siswa-siswanya secara global, yang dalam pelatihan ini diartikan dalam bentuk video yang dapat diputar ulang oleh siswa kapanpun dan dmanapun dengan smartphone mereka. Pembuatan video pembelajaran terkadang terkendala pada pembuatan yang rumit dan lama sehingga jarang dgunakan tetapi Camtasia merupakan salah satu program membuat video pembelajaran yang sangat mudah. Hal ini dikarenakan media yang digunakan sangat familier digunakan di kalangan pendidik yaitu PowerPoint. Camtasia dapat merubah file presentasi menjadi video yang dapat ditambah dengan audio dan video dari guru, sehingga video yang dihasilkan memiliki perwujudan pembelajaran di dalam kelas. Selain itu, Camtasia juga dapat merekam langkah-langkah yang dilakukan di dalam komputer dalam wujud video salah satunya membuat video tutorial pembuatan struktur kimia dengan ChemDraw. Fitur edit video yang juga terdapat pada Camtasia, dapat memudahkan guru untuk menambahkan video lain atau mengganti dan menambahkan audio yang ada.

Tim pengabdian yang dipimpin langsung oleh Ketua Program Studi D III Analisis Kimia, Thorikul Huda, M.Sc. ini merupakan salah satu wujud sosialisasi garam beriodium. Gangguan akaibat kekurangan iodium masih menjadi permasalahan kesehatan yang harus mendapat perhatian. Salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan memilih dan menggunakan garam beriodium. Yuli Rohyami, M.Sc. dalam penyampaian materi mengungkapkan berbagai gangguan akibat kekurangan iodium. Memilih garam tidak sekedar dapat memberi rasa asin pada makanan, tetapi harus yang terstandar. Masyarakat dapat memilih garam dengan merek terdaftar yang telah dipastikan mengandung iodium, disamping memilih garam yang bersih, putih, tidak lembab dan tidak kadaluarsa. Agar tidak ragu-ragu dalam mengkonsumsi garam beriodium, masyarakat dapat melakukan pengujian sederhana dengan menggunakan iodine tes atau dengan menggunakan tepung kanji. Dalam pemaparannya juga diulas mengenai standar air bersih serta makanan sehat dan halal. Penggunakan zat aditif makanan sintetis sebaiknya dihindari, seperti penguat rasa, pemanis, pewarna, dan pengawet. Indonesia sangat kaya akan rempah-rempah seperti lada, ketumbar, kayu manis, pekak, cengkih, cabe, jinten, dan kapulaga dapat memperkaya cita rasa bumbu khas Indonesia. Empon-empon yang ada di sekitar kita dapat dimanfaatkan sebagai bumbu yang khas, seperti kunyit, kencur, sunthi, jahe, lengkuas, dan sebagainya. Bumbu dapur yang memiliki aroma khas seperti sereh, daun jeruk, daun salam, daun kemangi, daun kencur, daun puyang, dan lain-lain dapat memperkuat aroma masakan tanpa menambahkan penyedap rasa. Tempe yang sudah tua, terasi, udang, atau pete dapat digunakan sebagai penyedap rasa alami yang khas.
Tim pengabdian masyarakat juga memperkenalkan kader PKK standar air bersih yang aman dikonsumsi. Bayu Wiyantoko, M.Sc. memberikan pemaparan sekaligus peragaan sederhana untuk mengecek kualitas air bersih. Secara fisik air bersih dapat diamati secara kasat mata dan dapat dirasakan. Air bersih akan tampak jernih, segar, tidak berwarna, tidak mengandung suspense atau padatan dan tidak mengandung cemaran fisik lainnya. Secara sederhana air dapat diuji keasaman, suhu dan daya hantar listriknya. Keasaman, suhu, dan daya listrik akan menjadi indikasi bahwa air mengandung cemaran kimia atau tidak. Umumnya, air bersih yang dikonsumsi masyarakat memiliki beberapa masalah seperti air yang mengandung kapur, lumpur atau lumut, air yang menimbulkan kerak, air yang berbau anyir dan menimbulkan bekas karat. Untuk memastikan air telah memenuhi baku mutu maka harus dilakukan pengecekan di laboratorium pemerintah atau swasta. Program D III Analisis Kimia memberikan kesempatan bagi warga yang memiliki air yang bermasalah untuk diuji di laboratorium.
Narasumber pelatihan, Ivan Sarifudin, ST, konsultan ISO, baik ISO 17025 tentang akreditasi Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi maupun ISO 15189 tentang akreditasi Laboratorium Medis. “Pelatihan ini merupakan salah satu bukti nyata komitmen UII adalah perolehan SNI Awards Kategori Gold dari Badan Standardisasi Nasional (BSN). Program Studi DIII Analisis Kimia juga aktif dalam membudayakan penerapan standar seperti mengintegrasikan SNI dan ISO 17025 ke dalam proses pembelajaran,” katanya.



Salah satu tantangan diberlakukannya MEA dan CAFTA adalah perlu adanya standardisasi produk dan jasa sehingga diperlukan suatu upaya untuk menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten. Untuk memastikan produk terstandar perlu dilakukan inspeksi atau pengujian di laboratorium pengujian dan kalibrasi yang telah terakreditasi ISO/IEC 17025.