Program Studi DIII Analis Kimia FMIPA UII pada Ahad, 17 September 2017 menggelar Studium Generale “Analistica Fiesta” di Auditorium FMIPA UII dengan menghadirkan Muhammad Mufid, A.Md. sebagai alumni.  Kegiatan yang diawali dengan kegiatan senam pagi dan sarapan soto bersama di Halaman Timur Gedung FMIPA UII dilanjutkan dengan penganugerahan penghargaan dan beasiswa prodi bagi dua mahasiswa yang berhasil meraih Indeks Prestasi Semester tertinggi serta launching pembinaan keagamaan tahun akademik 2017/2018. Seluruh rangkaian acara ini dihadiri oleh seluruh mahasiswa Program Studi DIII Analis Kimia, Dosen dan Tenaga Kependidikan. Kegiatan ini juga menjadi sarana pertemuan mahasiswa dengan Dosen Pembimbing Akademik yang secara khusus dikemas di akhir acara.

Ketua Program Studi DIII Analis Kimia Thorikul Huda, M.Sc. saat membuka acara menuturkan bahwa Program Studi DIII Analis Kimia FMIPA UII mengalami perkembangan yang sangat pesat yang diimbangi dengan penguatan kurikulum dan keunggulan prodi. Thorikul Huda menegaskan bahwa prodi sangat mendorong mahasiswa untuk dapat berprestasi dalam bidang akademik dan non akademik. Prestasi akademik harus diraih semaksimal mungkin, tetapi harus diimbangi dengan peningkatan softskill melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan kemahasiswaan sehingga dapat menjadi bekal dalam kehidupan nyata di masyarakat. Mahasiswa dituntut menjunjung tinggi idealisme yang menginspirasi lahirnya jiwa pembaharu yang akan melanjutkan cita-cita negeri ini.

 Selama menempuh studi, mahasiswa  diharapkan dapat mengoptimalkan peran dan partisipasi dalam seluruh kegiatan akademik dan non akademik. Program studi memberikan fasilitas layanan bimbingan melalui peran serta Dosen Pembimbing Akademik (DPA). Mahasiswa dapat memperoleh layanan bimbingan akademik dan non akademik dengan sebaik-baiknya. DPA memiliki peran besar dalam mengantarkan kesuksesan mahasiswa dalam menempuh studi dan meraih prestasi yang setinggi-tingginya selama menjadi mahasiswa. Oleh karena itu, mahasiswa dan DPA dapat bersinergi dalam  mengantarkan mahasiswa menuju gerbang kesuksesan. Layanan ini dibuka dalam akhir kegiatan yang akan terus berkelanjutan melalui penjadwalan layanan bimbingan oleh seluruh DPA, baik bimbingan langsung atau melalui social media. Universitas Islam Indonesia telah memberikan satu fasilitas untuk membuka layanan pembimbingan secara on line melalui google edu.

Selain layanan DPA, prodi memberikan satu layanan pendampingan keagamaan melalui kegiatan mentoring. Yuli Rohyami, M.Sc. selaku Sekretaris Program Studi DIII Analis Kimia dalam Launching Pembinaan Keagamaan menyampaikan bahwa mahasiswa yang dididik di UII merupakan pewaris bangsa, sehingga para pendiri UII bercita-cita bahwa mahasiswa yang belajar di UII harus betul-betul dipersiapkan sebagai calon pemimpin bangsa. Melalui kegiatan mentoring menjadi sarana bagi mahasiswa untuk dapat menemukan jati diri sebagai muslim sejati sehingga dapat melahirkan calon pemimpin bangsa. Prodi tidak hanya memiliki kewajiban untuk membangun kompetensi mahasiswa, tetapi juga mewujudkan cita-cita pendiri bangsa.

M uhammad Mufid, A.Md. saat studium generale menuturkan bahwa sebagai calon pemimpin bangsa harus membekali diri dengan keahlian yang dajarkan selama menempuh studi, kegiatan ekstrakurikuler dan pengalaman organisasi. Alumni yang telah berkarir sebagai supervisor laboratorium pengujian kimia di perusahaan garmen ini berpesan kepada seluruh mahasiswa memiliki IPK tinggi sangat penting, tetapi menjadi lebih baik jika mahasiswa juga memiliki pengalaman organisasi.  Ketrampilan berkomunikasi menjadi sangat dibutuhkan saat bekerja di laboratorium. Kemampuan akan banyak didapatkan apabila mahasiswa aktif dalam kegiatan ektrakurikuler dan organisasi kemahasiswaan. Ketrampilan bernegosiasi, mengungkapkan pendapat, dan bekerja dalam tim akan dirasakan manfaatknya ketika telah berada di dunia kerja.

Muhammad Mufid dalam pemaparan materinya menyatakan bahwa kebutuhan tenaga analis kimia yang kompeten dibutuhkan hampir di semua sektor industri  dan instansi pemerintah. Kurikulum prodi telah memenuhi standar kebutuhan industri dan perlu terus ditingkatkan kompetensi mahasiswa terutama dalam melaksanakan pengujian kimia dengan menggunakan berbagai instrumentasi, termasuk perawatan kalibrasi alat, validasi/verifikasi metode, keselamatan kerja, pengendalian dan jaminan mutu serta manajemen laboratorium.

Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) melakukan surveilen di LSP UII pada hari Selasa 12 September 2017. Tim surveilen yang hadir ke LSP UII adalah Dra. Inda Mapiliandari, M.Si selaku Ketua Komisi Pengendalian Mutu Sertifikasi dan Sistem Informasi BNSP dan Roudatul Alawiah, SE. Pembukaan surveilen LSP UII yang pertama tersebut dihadiri oleh Wakil Rektor (WR) 1 dan WR 2 UII. Kehadiran dua pimpinan universitas di acara pembukaan surveilen tersebut menunjukkan bahwa UII memiliki komitmen yang tinggi di dalam pengelolaan dan pengembangan LSP yang telah terlisensi sejak April 2016.
Rektor UII juga berkesempatan hadir diacara surveilen tepatnya pada saat acara santai coffee break setelah pembukaan.  Banyak hal yang dibincangkan antara tim surveilen dengan pimpinan universitas diantaranya terkait dengan bidang profesi yang saat ini sudah mandatory seperti teknik sipil. Hal tersebut juga direspon positif oleh WR 1 yang kedepan diharapkan akan ada integrasi beberapa bidang ilmu yang ada pada program studi dengan skema sertifikasi di LSP UII.  Dr. Nur Feriyanto yang juga WR 2 UII menambahkan perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam terkait dengan kurikulum yang akan dintegrasikan dengan skema sertifikasi.  Nur Feriyanto juga menambahkan bahwa komitmen UII dalam mendukung LSP  yaitu dengan penyediaan anggaran dana melalui RKAT dan penunjukkan kantor LSP UII yang sangat representative.
 Proses surveilen diawali dengan melakukan konfirmasi pada SK lisensi LSP UII dengan No. LSP-297-ID dan ruang lingkup skema sertifikasi  yang terdiri dari skema pengujian dasar kimia, validasi metode spektrometri dan validasi metode kromatografi. Yuli Rohyami selaku Manajer Sertifikasi menyampaikan bahwa ketiga skema tersebut telah dijalankan oleh LSP UII dan terdapat satu mahasiswa yang mengambil 3 skema untuk uji kompetensi.  Sampai dengan tahun 2017 terdapat 51 pemegang sertifikat uji kompetensi yang disertifikasi melalui LSP UII.  “Data pemegang sertifikat kompetensi dapat diakses public melalu lsp.uii.ac.id dan data base yang ada di www.bnsp.go.id”, ungkap Thorikul Huda selaku Direktur LSP UII ketika menyampaikan kepada Tim surveilen BNSP.
Masukan penting ketika proses surveilen yaitu terkait dengan pelaksanaan uji kompetensi khususnya menyangkut potensi keberpihakan antara asesor dengan asesi.  Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga imparsialitas yaitu dengan pembentukan Komite Teknis untuk setiap pengambilan keputusan sertifikasi.  Surveilen diakhiri dengan penyampaian hasil pemeriksaan oleh Tim Surveilen dan secara umum LSP UII menerima hasil yang telah dipotret oleh tim Surveilen dan segala masukan dari BNSP akan digunakan untuk perbaikan proses sertifikasi di LSP UII.

Proses pembelajaran Perguruan Tinggi yang berorientasi pada capaian pembelajaran sikap, pengetahuan dan ketrampilan tidak dapat terpisahkan dengan pengembangan soft skills yang dimiliki oleh mahasiswa. Selama ini pengembangan soft skills seolah-olah hanya dititipkan pada kurikulum dan kurang mendapatkan perhatian yang selayaknya. Model-model pembelajaran saat ini masih mengedepankan penguasaan hard skills bagi mahasiswanya akibatnya. Ketimpangan ini menjadikan pemenuhan kompetensi lulusan belum belum sesuai dengan kebutuhan stakeholders. Sebagai upaya implementasi soft skills dalam pembelajaran Program Studi DIII Analisis Kimia UII menyelenggarakan sebuah Workshop “ Penyusunan Rencana Pembelajaran Semester dengan Muatan Soft Skills Kamis (13/07/2017).

Bertempat di Ruang Sidang I Gedung Prof. Dr. H. Zanzawi Soejoeti, workshop yang dibuka langsung oleh Ketua Program Studi D III Analisis Kimia, Thorikul Huda, S.Si., M.Sc. Pada kesempatan ini, Thorikul Huda menyampaikan bahwa pengembangan soft skills sangat diperlukan oleh mahasiswa Program Studi DIII Analisis Kimia terlebih lagi Brand image lulusan yang ditetapkan program studi mayoritas merupakan atribut-atribut softs skills.

Selain itu, persaingan dalam dunia kerja sekarang juga semakin ketat dan tuntutan dari pengguna (users) pun semakin tinggi. Profil lulusan yang dicari oleh perusahaan tidak hanya unggul pada prestasi akademik saja, namun lulusan yang memiliki added value, sebagaimana yang disampaikan oleh Prof. Mudasir, M. Eng., Ph.D. Indeks prestasi lebih dari 3 bahkan hanya menduduki peringkat ke-17 dalam daftar kualitas-kualitas penting jadi juara.

Adanya soft skills menjadikan seseorang lebih berhasil, lebih berfungsi sebagai keluarga, komunitas dan dunia kerja. Menurut Mudasir soft skills yang perlu dikembangkan adalah daya Kreatif, Analisis kritis, Komunikatif, Ambil keputusan, Pecahkan masalah, BElajar terus, Sikap positif, Aktif-proaktif dan Rasional. Beliau menyingkat kesemua atribut tersebut menjadi KAKAP BESAR.

Dalam sesi yan dipandu oleh Kuntari ini, beliau menyampaikan bahwa faktor yang berpengaruh dalam proses implementasi soft skills pada mahasiswa adalah dimulai dari dosen. Dosen harus bisa menjadi role models bagi mahasiswanya. Bagaimana bisa mencetak KAKAP BESAR sementara dirinya tidak berusaha menjadi KAKAP BESAR.

Berdasarkan pengalaman beliau mengajar di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta selama kurang lebih 30 tahun, kegiatan dosen dalam pengembangan soft skills dapat diwujudkan dalam aktivitas-aktivitas seperti menyusun kompetensi mata kuliah dan aktif berinteraksi dan berpartisipasi dalam kegiatan konstruksi ilmu dan teknologi dengan mahasiswa. Selain itu, dosen harus bersikap adaptif terhadap perubahan ilmu dan teknologi, rajin membaca buku yang bermuatan pengembangan kepribadian dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari serta menerapkan sikap edifikasi, menularkan pesan baik sebelum atau sesudah tatap muka dengan mahasiswa, imbuh Mudasir.

Workshop yang dihadiri oleh seluruh dosen Program Studi DIII Analisis Kimia ini juga menghadirkan pakar pendidikan dari Universitas Negeri Yogyakarta yaitu Sukisman Purtadi, M.Pd. Pada sesi ini, beliau mengatakan bahwa pengajaran soft skills tersistem dapat dilaksanakan melalui serangkaian proses yang harus dilakukan oleh dosen, yaitu perencanaan pembelajaran semester yang tertuang dalam Rencana Pembelajaran Semester (RPS), pelaksanaan dan evaluasi.

Adapun dalam merancang RPS bermuatan soft skills, pembelajaran yang dikembangkan mengacu pada Capaian Pembelajaran Program Studi dan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah. Sementara penugasan dengan muatan soft skills dapat ditekankan pada metode, indikator dan kriteria penilaian,

Menurut Sukisman Purtadi, pendekatan dalam pembelajaran sains yang dianjurkan adalah metode inquiry based learning. Cara menggali proses dan konsep sains dengan dimulai dari bertanya, mengamati, berhipotesis, menyelidiki, menganalisis, menginterpretasi dan mengkomunikasikan ini lebih mengasah kepada soft skills mahasiswa. Metode pembelajaran yang menerapkan soft skills dalam prosesnya akan menghasilkan hard skills yang baik pada akhirnya .

adapun informasi penting terkait LKTIN Mission 2017 dapat diunduh melalui link berikut

Soft skills merupakan seperangkat kemampuan yang mempengaruhi bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain. Soft skills memuat komunikasi efektif, berpikir kreatif dan kritis, membangun tim, serta kemampuan lainnya yang terkait kapasitas kepribadian individu. Konstribusi soft skills dalam kesuksesan mahasiswa atau lulusan dalam dunia kerja memiliki porsi yang besar.

Guna memenuhi kebutuhan user, terutama dalam menghadapi tantangan dan persaingan dunia kerja di era globalisasi program studi D III Analis Kimia selenggarakan workshop internalisasi soft skills dalam perkuliahan Kamis (6/07/2017). Kegiatan yang digelar dalam rangka Program Hibah Kompetisi Prioritas (PHK-Prioritas) Tahun 2017 dihadiri oleh 23 peserta yang meliputi seluruh dosen Program Studi D III Analis Kimia dan  dosen-dosen perwakilan Program Studi meliputi Program Studi Pendidikan Kimia, Ilmu Kimia D III Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

Thorikul Huda, S.Si., M.Sc. selaku Ketua Program Studi D III Analis Kimia memaparkan dalam sambutannya bahwa berdasarkan analisis tracer study kebutuhan akan soft skills mendominasi kompetensi dari lulusan. Selama ini pengembangan soft skills masuk dalam hidden curriculum, dengan diadakannya workshop internalisasi soft skills ini diharapkan Program Studi D III Analis Kimia memperoleh strategi yang tepat dalam melakukan pengembangan pola penguatan soft skills mahasiswa yang terintegrasi dalam perkuliahan.

Acara yang bertempat di Ruang Sidang 1 Gedung Prof. Dr. H. Zanzawi Soejoeti ini menghadirkan narasumber yang memiliki kepakaran dalam pembinaan soft skills mahasiswa dan praktisi akademik yang telah mengembangkan internalisasi pendidikan soft skills dalam kegiatan pembelajaran yaitu Dody Hartanto, S. Pd., M. Pd  Ketua Prodi Bimbingan Konseling Universitas Ahmad Dahlan dan Prof. Dr. M. Suyanto, M.M Rektor Universitas AMIKOM Yogyakarta.

Dody Hartanto di awal materi memaparkan bahwa,” Kita tidak mengetahui pengetahuan apa yang paling diperlukan di masa depan, oleh karena itu tidak ada gunanya untuk mengajari sekarang, sebaiknya kita membantu anak untuk makin mencintai dan makin pandai  belajar sehingga dapa belajar sesuatu pada saat membutuhkan (Holt, 1964). Berawal dari pernyataan tersebut peran pendidik  dalam memfasilitasi berkembangnya soft skills dari peserta didik sangatlah penting, tambah Dody Hartanto.

Dalam kesempatan ini Dody Hartanto menyarankan, Program Studi harus menetapkan skala prioritas atribut soft skills yang akan dikembangkan. Dasar penetapan dapat mengacu pada kebutuhan user berdasarkan analisis tracer study . Adapun langkah yang ditempuh meliputi merumuskan dan mensepakati soft skills yang akan menjadi brand image lulusan, mengidentifikasi kemampuan soft skills yang akan dikembangkan oleh mahasiswa baru, membuat master plan untuk masing-masing tingkatan angkatan dan melakukan inovasi yang khas dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada. Sementara bentuk kegiatan yang dapat meningkatkan sosft skills dapat berupa kegiatan penalaran-keilmuan, minat dan kegemaran, peningkatan kesejahteraan, bakti sosial mahasiswa dan organisasi mahasiswa.

Di akhir sesi materi beliau mengatakan bahwa keberhasilan penguatan soft skills mahasiswa dalam pendidikan tentunya tidak terlepas dari peran dosen. Seorang dosen harus dapat menjadi role models bagi mahasiswanya, bukan hanya menuntut mahasiswa sesuai kemauan dosen tanpa adanya keteladanan dari dosen.

Seorang dosen dapat memberikan keteladanan tentunya ketika telah memiliki modal yaitu kemampuan soft skills yang matang. Salah satu langkah yang dapat ditempuh yaitu melalui Pelatihan Super Unggul sebagaimana yang telah diterapkan di Universitas kami, ujar M. Suyanto. Pelatihan Super Unggul ini dilaksanakan selama 1 minggu yang diawali  dengan kontrak belajar dilanjutkan eksplorasi diri dan keswadayaan,  diskusi kegemilangan cara mengatasi kelemahan, komunikasi empatik, goal setting atau menggubah gagal menjadi sukses, ikrar diri dan refleksi diri dan do’a.

M. Suyanto mengungkapkan bahwa kunci keberhasilan mahasiswa-mahasiswa beliau terletak bukan pada penguasaan hard skillsnya melainkan penguasaan soft skills. Soft skills yang meliputi Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ) memberikan persentase sebesar 80 % dalam kesuksesan seseorang. Beliau menegaskan bahwa Attitude Changes Everything. Sikap mental positif sangat diperlukan untuk menjadi orang sukses. Ubahlah setiap kelemahan menjadi kelebihan. Gempur habis tembok derita sehingga sukses ada di genggaman Anda. Sukses di sini adalah mengalahkan ego dalam diri, ketika seorang sudah tidak mementingkan ego diri sehingga ia dapat berlaku sebagai rahmatan lil ‘alamin akan menjadi sukses, in sya Allah.

 

Program Studi D III Analis Kimia menyelenggarakan kegiatan Workshop Penyelenggaraan Praktikum dan Tugas Akhir Program Vokasi sebagai bagian dari aktivitas Program Hibah Kompetisi Prioritas 2017. Kegiatan workshop dilaksanakan pada hari Rabu, 31 Mei 2017 di Ruang Sidang Utama Gedung D3 Ekonomi Universitas Islam Indonesia dengan menghadirkan narasumber Ibu Sandra Aulia Zanny, M.S.Ak mewakili pengelola program vokasi Universitas Indonesia.

Dekan FMIPA UII, Drs. Allwar, M.Sc., Ph.D berkesempatan untuk membuka Kegiatan Workshop Penyelenggaraan Praktikum dan Tugas Akhir Program Vokasi. Dalam sambutannya Drs. Allwar, M.Sc., Ph.D menyambut baik terselenggaranya kegiatan workshop ini karena komponen praktikum dan tugas akhir sangat penting di program vokasi. Dekan FMIPA UII menyampaikan bahwa program vokasi menitikberatkan lulusannya memiliki keterampilan dan kompetensi untuk memasuki dunia kerja sehingga desain maupun alokasi waktu praktikum menjadi sangat krusial. Selain itu Dekan FMIPA UII juga mengharapkan bahwa desain tugas akhir yang akan digunakan di Program Studi D III Analis Kimia mendukung kompetensi lulusan baik hardskill maupun sofskill yang dibutuhkan oleh industri.

Bapak Thorikul Huda, M.Sc selaku moderator memberikan pengantar bahwa desain praktikum di Program Studi D III Analis Kimia mengacu kepada aturan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) yaitu 52 SKS dengan waktu 160 menit/SKS. Hal ini menandakan mahasiswa harus berada di laboratorium selama ± 5 jam untuk 2 SKS matakuliah praktikum dan menjadi tidak efektif dan efisien. Untuk menjawab kerisauan tersebut, Ibu Sandra Aulia Zanny, M.S.Ak mengawali dengan pemaparan bahwa penyusunan kurikulum menjadi hak perguruan tinggi yang mengacu pada standar nasional sesuai yang tertuang pada UU No.12 Tahun 2012 pasal 35 ayat 1. Kurikulum yang hendak disusun sebaiknya mengikuti skema dan pemetaan SNDIKTI, Renstra DIKTI dan KKNI yaitu menjadikan capaian pembelajaran lulusan (CPL) sebagai prioritas acuan yang dihasilkan dari analisis kebutuhan pasar, analisis perkembangan kelilmuan dan keahlian, visi misi universitas untuk menentukan profil lulusan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan mengukur standar kompetensi lulusan yang ingin dicapai baik dalam hal sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dirumuskan menjadi capaian pembelajaran lulusan (CPL). Program studi melakukan pemilihan bahan kajian terkait kedalaman, keluasan dan tingkat penguasaan yang diselaraskan dengan CPL untuk menentukan matakuliah dan bobot SKS yang disusun dan dirancang dalam sebuah dokumen kurikulum.

Pada kesempatan workshop kali ini, narasumber juga menyampaikan materi terkait pelaksanaan praktikum dan tugas akhir di program vokasi. Narasumber menekankan untuk pelaksanaan praktikum, aktivitas jam terpenuhi menjadi penting dibandingkan hanya sekedar memenuhi jumlah modul yang harus dilaksanakan. Hal ini mengacu kepada aturan SNDIKTI yaitu 1 SKS praktikum adalah 170 menit. Prinsip-prinsip praktikum baik untuk program eksakta maupun non-eksakta tetap harus dijaga meliputi kode etik, K3, ketersediaan SOP, modul, feed back dari mahasiswa serta personal assessment. Sementara untuk tugas karya akhir program vokasi, Ibu Sandra Aulia Zanny, M.S.Ak menegaskan bahwa kerjasama dengan pihak industri menjadi faktor pendukung utama selain kompetensi magang juga memiliki peranan  tersendiri. Kunjungan ke industri menjadi sangat penting untuk memperoleh masukan terkait kebutuhan pasar akan lulusan yang diinginkan.

Adanya perubahan regulasi terkait kurikulum pendidikan tinggi yaitu melaui KKNI dan SNDIKTI telah merubah paradigma pendidikan tinggi yaitu dari input base learning menjadi outcome base learning. Melalui paradigma baru ini tujuan pembelajaran berubah dari “materi apa yang telah diberikan oleh dosen” menjadi “kemampuan apa yang telah dikuasi oleh mahasiswa”. Oleh karena itu peran dokumen pembelajaran yang salah satunya adalah Rencana Pembelajaran Semester menjadi strategis dalam pencapaian Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL).

Hal inilah yang disampaikan oleh Agung Nugroho Adi selaku pembicara dalam Workshop Rencana Pembelajaran Semester yang diselenggarakan oleh Prodi DIII Analis Kimia, Sabtu 3 Juni 2017. Pembicara yang juga selaku anggota Badan Pengembangan Akademik (BPA) UII ini juga menyampaikan tentang perubahan dokumen pembelajaran yang saat ini berlaku di UII sehingga para peserta yang terdiri dari seluruh dosen yang mengampu di Prodi DIII Analis Kimia akan memiliki persepsi yang sama dalam menyusun RPS.

Bertempat di Ruang Sidang I Gedung Prof. Dr. H. Zanzawi Soejoeti, workshop yang dibuka langsung oleh Dekan FMIPA UII ini juga menghadirkan pakar pendidikan dari UNY yaitu Das Salirawati yang sangat expert dalam bidang evaluasi pendidikan. Dalam sesi yang dipandu oleh Reni Banowati ini, beliau menyampaikan materi terkait dengan Lembar Penugasan Mahasiswa (LPM) sebagai salah satu instrumen dalam mengukur Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK). Menurut beliau, tugas yang diberikan kepada mahasiswa hendaknya dapat mengukur CPMK tertentu dan bukan hanya untuk mengganti ketidakhadiran dosen dalam suatu tatap muka. Oleh karena itu adanya rubrik penilaian akan membantu dosen untuk menentukan apakah mahasiswa sudah mencapai suatu CPMK atau belum. Di akhir pemaparannya, Das Salirawati juga memotivasi para dosen untuk selalu berusaha memperbaiki diri, melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dan tidak stagnan khususnya dalam merencanakan suatu pembelajaran dalam matakuliah yang diampu.

 

 Program Studi DIII Analis Kimia UII menyelenggarakan Workshop Pengembangan Kurikulum Berbasis KKNI Senin (08/05/2017) di Ruang Sidang Utama lantai 1 FMIPA UII. Workshop yang dihadiri oleh Dekan, Kepala Divisi Akademik, Kepala Divisi SIM FMIPA UII, dosen-dosen pengampu Prodi DIII Analis Kimia, perwakilan stakeholder, user, alumni dan mahasiswa menghadirkan dua narasumber yaitu Very Tri Jatmiko, S.Si., M.M Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta dan Dra. Shopia Soerjandari, Apt selaku Manajer QC PT. Konimex Surakarta.

Workshop Pengembangan Kurikulum Berbasis KKNI ini dibuka oleh Dekan FMIPA UII, Drs. Allwar, M.Sc., Ph.D. Dalam sesi sambutan, Drs. Allwar, M.Sc. Ph.D. menuturkan bahwa kurikulum yang diterapkan oleh suatu program studi harus diperbaharui secara rutin sebagai tanggapan terhadap perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), kebutuhan masyarakat, serta kebutuhan pengguna lulusan dan hal tersebut tidak boleh terlepas dari regulasi yang berlaku di Indonesia, salah satunya KKNI atau Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. Pengguna lulusan Prodi Analis Kimia UII adalah industri ataupun instansi, jadi sudah seharusnya kurikulum yang diterapkan di program studi dapat mendukung tercapainya kompetensi lulusan yang sesuai dengan kompetensi yang diperlukan oleh industri, imbuh Drs. Allwar, M.Sc., Ph.D.

 Kompetensi lulusan DIII Analis Kimia yang diperlukan oleh industri menurut Dra. Shopia Soerjandari, Apt adalah pemahaman terhadap pemastian dan penjaminan mutu. Seorang analis atau asisten analis harus mampu mengambil sampel secara benar, bekerja secara aseptis, tidak semata-mata kemampuan akademisnya tetapi harus didukung oleh karakter yang baik, mudah diajak kerjasama, mudah beradaptasi dengan lingkungan baru dan memiliki kemauan yang keras untuk terus belajar. Pengalaman organisasi cukup mendukung  kompetensi yang dibutuhkan industri. Peluang karir DIII Analis Kimia UII khususnya di PT. Konimex cukup besar antara lain sebagai analis atau asisten analis di Laboratorium Quality Control , Laboratorium riset metode analisa fisika, kimia dan mikrobiologi, Laboratorium riset produk dan Quality audit, imbuh Dra. Shopia Soerjandari, Apt.

Kompetensi yang harus ada pada lulusan DIII Analis Kimia yang bekerja di bidang lingkungan menurut Very Tri Jatmiko, S.Si., M.M. antara lain mempunyai wawasan mengenai pengelolaan lingkungan perkotaan, mampu memahami dalam setiap permasalahan lingkungan, mengetahui analisis kimia dan perannya dalam membentuk ekosistem lingkungan mampu menganalisis setiap permasalahan lingkungan di lapangan dan mampu memberikan solusi dalam setiap kejadian, mampu menggambarkan setiap kejadian di lingkungan dan menjelaskan sebab akibat dan mampu melaporkan hasil uji kepada masayarakat dengan mengolahnya dalam bentuk yang dipahami oleh masyarakat. Di sisi lain, profil lulusan saat ini masih dinilai kurang aktif dan inisiatif dalam melaksanakan pekerjaannya, belum luwes dalam mengoperasikan peralatan laboratorium dan belum memahami standar acuan dalam analisis terutama ISO 17025 secara komprehensif, oleh karena itu desain kurikulum yang akan diterapkan oleh Prodi DIII Analis Kimia diharapkan mampu memberi solusi terhadap kondisi tersebut.

Very Tri Jatmiko, S.Si., M.M. menyarankan, mata kuliah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dijadikan mata kuliah wajib bagi mahasiswa DIII Analis Kimia. AMDAL itu penting bagi orang lingkungan, memang benar persyaratan penyusun AMDAL perlu ada kualifikasi tetapi  peran lulusan DIII Analis Kimia  dalam sampling dan proses analisis lingkungan tidak bisa terlepas dari penyusunan dokumen AMDAL. Terkait pengemasan dan kedalaman materi yang diberikan dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada dalam program studi, imbuh Very Tri Jatmiko, S.Si., M.M.

Dalam kesempatan ini, Ketua Program Studi DIII Analis Kimia FMIPA UII, Thorikul Huda, S.Si., M.Sc. menyampaikan beberapa hasil focus discussing group pengembangan kurikulum yang telah dilaksanakan Program Studi DIII Analis Kimia. Thorikul Huda, S.Si., M.Sc. memaparkan bahwa kurikulum yang diterapkan Program Studi Analis Kimia UII saat ini adalah Kurikulum 2014 dan akan dievaluasi dan dikembangkan dengan mengacu pada KKNI dan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). SKKNI yang digunakan adalah SKKNI untuk sektor laboratori, dengan skema yang dikembangkan adalah  volumetri, spektrometri dan kromatografi di mana para mahasiswa dianjurkan untuk mengikuti uji kompetensi untuk mengetahui tingkat kecakapan mahasiswa dalam ketiga skema tersebut. Rencananya untuk kurikulum 2018/2019, uji kompetensi tersebut bersifat wajib bagi mahasiswa, sehingga diharapkan kompetensi lulusan yang dihasilkan oleh Program Studi DIII Analis Kimia memiliki keselarasan dengan kompetensi yang dibutuhkan dalam bidang kerjanya sehingga upgrading kompetensi lulusan di bidang kerjanya tidak banyak.

Thorikul Huda, S.Si., M.Sc. menuturkan, jumlah SKS minimal untuk mahasiswa DIII Analis Kimia adalah 108 SKS dan maksimal 120 SKS, sehingga idealnya setiap semester mahasiswa mengambil 20 SKS. Definisi 1 SKS proses pembelajaran kuliah terdiri 50 menit tatap muka, 60 menit tugas terstruktur dan 60 menit tugas mandiri, sehingga penerapan secara riil di kurikulum berikutnya menjadi penting. Selain itu terkait tugas akhir, Thorikul Huda , S.Si., M.Sc mengatakan perlu adanya kajian lebih lanjut terkait bentuk tugas akhir untuk kurikulum selanjutnya karena selama ini kualitas laporan tugas akhir PKL masih beragam. Thorikul Huda, S.Si., M.Sc. menegaskan bahwa kurikulum yang selanjutnya  mempertimbangkan masukan dari stakeholder atau user alumni DIII Analis Kimia, mencakup kurikulum Ulil Albab sehingga visi dan misi DIII Analis Kimia UII akan tercapai.

F akultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia (FMIPA UII) dan Program Studi DIII Analis Kimia FMIPA UII melakukan langkah strategis dalam memperkuat  keunggulan instutusi melalui pengkajian visi dan misi.  Dekan Fakultas MIPA UII, Drs. Allwar, M.Sc. Ph.D. dalam pembukaan Workshop Visi dan Misi pada Rabu, 26 April 2017 di Auditorium Perpustakaan UII di Gedung Muhammad Hatta Lantai II menyampaikan visi sebagai bagian dari fakultas yang lahir dari perguruan tinggi Islam pertama di Indonesia, Fakultas MIPA UII menjadi penyelenggara pendidikan yang unggul, berdaya saing global, dan berkomitmen dalam nilai-nilai keislaman.

Workshop yang dihadiri oleh stakeholder yang berasal dari dosen, pengguna lulusan, perwakilan alumni, mahasiswa, dan tenaga kependidikan ini menghadirkan Drs. Suwarsono Muhammad, M.A. Dosen Fakultas Ekonomi UII yang pernah menjabat menjadi Penasihat KPK menyampaikan bahwa Fakultas MIPA UII menjadi fakultas yang unggul yang akan menjadi penerus cita-cita para pendiri UII. Suwarsono Muhammad menegaskan bahwa FMIPA UII jangan sampai melahirkan lulusan yang memiliki pemikiran barat dan kapitalis. Sebagai penulis buku UII Way, Suwarsono Muhammad memaparkan tentang visi para founding fathers UII. Universitas Islam Indonesia lahir sebagai Sekolah Tinggi Islam yang didirikan oleh dua organisasi Islam, yakni Majelis Islam A’la Indonesia dan Masyumi. Perguruan tinggi yang dilahirkan sebagai program dari kedua organisasi tersebut di tahun 1944. Dalam beberapa pidato yang disampaikan oleh tokoh nasional pendiri UII, Drs. Moh. Hatta. dan M. Natsir, Sekolah Tinggi Islam dilahirkan sebagai tempat persemaian agar Islam yang memberikan pengaruh di Indonesia. Nilai inilah yang menjadi fisosofi bahwa perguruan tinggi ini lahir dari umat untuk universitas dan akan kembali ke umat.

 Para founding fathers memiliki cita-cita yang besar dalam melahirkan calon pemimpin bangsa yang mampu memberikan pengaruh nilai keislaman betul-betul menjaga kualitas dan mutu pendidikan. Saat Sekolah Tinggi Islam dibuka untuk yang pertama kalinya, lebih dari seratus mahasiswa yang mendaftar, hanya 45 mahasiswa yang lulus dan hanya 15 mahasiswa yang benar-benr lulus diterima sebagai mahasiswa. Keunggulan pendidikan benar-benar dijaga, mahasiswa yang berasal dari sekolah umum harus mengikuti matrikulasi agama Islam dan Bahasa Arab, sebaliknya mahasiswa dari sekolah agama dididik pengetahuan umum melalui program matrikulasi selama 1 tahun. Langkah tersebut menjadi bukti founding father  yang bermimpi UII akan seperti Universitas Al Azhar Cairo.

Filosofi inilah yang harus dimiliki oleh para pimpinan di FMIPA UII untuk mewujudkan visi para founding fathers yang tercermin dalam mewujudkan sistem penyelenggaraan pendidikan yang unggul, berdaya saing global, dan berkomitmen pada nilai keislaman. Fakultas yang kini memiliki 6 program studi, Statistika, Ilmu Kimia, Farmasi, DIII Analis Kimia, Program Profesi Apoteker dan Pendidikan Kimia telah menjadi fakultas yang melejit dengan berbagai prestasi dosen, mahasiswa dan tenaga kependidikan. FMIPA UII akan berkomitmen dalam meningkatkan penyelenggaraan sistem pendidikan yang bermutu, menghasilkan riset yang berkualitas tinggi, melaksanakan pengabdian masyarakat dan dakwah Islamiyah.

Peneguhan visi dan misi FMIPA UII dalam kegiatan workshop yang juga menghadirkan Kepala Badan Perencana UII, Prof. Dr. Ir. Hari Purnomo, M.T. Dalam pemaparan materinya, Prof. Hari Purnomo menuturkan bahwa FMIPA sebagai fakultas yang unggul terutama dalam riset sudah saatnya menjadi pelopor perbitan jurnal yang terindeks scopus. Fakultas yang telah memiliki dua guru besar di bidang Statistika dan Ilmu Kimia, Prof. Ahmad Fauzi, Ph.D. dan Prof. Riyanto, Ph.D. harus berorientasi untuk karya akademik berbasis paten. Fakultas MIPA UII dan Program Studi DIII Analis Kimia harus betul-betul mencermati rumusan visi agar jelas, realistis dan terkait dengan program serta strategi pencapaian. Prof. Hari Purnomo juga mengajak kepada Fakultas MIPA UII dan Program Studi DIII Analis Kimia mempersiapkan langkah strategis dalam melakukan perekrutan mahasiswa dan dosen asing dan research kolaborasi dengan 500 perguruan tinggi terbaik di dunia untuk mewujudkan keunggulan UII di tingkat internasional dan peningkatan pemeringkatan perguruan tinggi di tingkat internasional.

Drs. Allwar, M.Sc., Ph.D. menuturkan bahwa untuk meneguhkan keunggulan FMIPA UII, pihaknya berkomitmen dengan tujuan fakultas dalam memberikan pelayanan yang professional dalam penyelenggaraan pendidikan, mengembangkan riset yang berkualitas tinggi dan bermanfaat bagi masyarakat, memberikan kontribusi pada kegiatan pengabdian masyarakat melalui penerapan IPTEK yang berlandaskan pada nilai keislaman, meningkatkan kemampuan kompetensi dan kolaborasi nasional/internasional, serta mencetak cendekiawan muslim dan pemimpin bangsa yang berkualitas.

Dalam kesempatan ini, Ketua Program Studi DIII Analis Kimia FMIPA UII, Thorikul Huda, M.Sc. menyampaikan visi prodi, yakni terwujudnya Program Studi D III Analisis Kimia yang unggul di tahun 2030 sebagai rahmatan lil’alamin. Ungkapan visi ini sebagai upaya dalam mewujudkan keunggulan Prodi dalam melahirkan analis kimia yang unggul dan kompeten yang mampu bersaing secara global. Tantangan kerja sejak dimulainya Masyarakat Ekonomi ASEAN menjadi tantangan dalam membangun keunggulan kompetensi lulusan. Program DIII Analis Kimia telah mengembangkan kurikulum berbasis kompetensi yang traceable dengan sistem sertifikasi kompetensi yang telah dikembangkan melalui Lembaga Sertifikasi Profesi Universitas Islam Indonesia  (LSP UII) yang telah mendapatkan lisensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) untuk memastikan kompetensi mahasiswanya.

Thorikul Huda, M.Sc. dalam kesempatan tersebut menegaskan bahwa Program Studi DIII Analis Kimia FMIPA UII akan berkomitmen untuk mewujudkan misinya dalam meningkatkan mutu pendidikan bidang analisis kimia untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan mampu bersaing secara global, meningkatkan kualitas penelitian berbasis kimia terapan berorientasi paten, serta menerapkan ilmu kimia dalam pengabdian masyarakat dan dakwah islamiyah.

Pemaparan visi dan misi Fakultas MIPA dan Program Studi DIII Analis Kimia tersebut sebagai langkah strategis untuk melakukan meneguhkan dan memperkuat keunggulan, berdaya saing global dan berkomitmen dengan nilai-nilai keislaman seperti cita-cita founding fathers UII.

PENGUMUMAN

Bismillahirrahmanirrohim
 

Berikut kami umumkan pembagian kelompok mentoring pembinaan keagamaan  mahasiswa Program Studi DIII Analis Kimia Universitas Islam Indonesia untuk tahun akademik 2016/2017, adapun daftar mentor dan pembagian kelompok untuk angkatan 2016, 2015 dan mahasiswa yang belum mengikuti pembinaan keagamaan terlampir.

Dikarenakan pentingnya kegiatan tersebut dan merupakan salah satu syarat untuk kelulusan maka diharapkan semua mahasiswa dapat berpartisipasi dengan maksimalr, atas perhatiannya kami sampaikan terimakasih.

 

Alhamdulillahirabbil’alamin

Lampiran :

1. Daftar pembagian kelompok pembinaan keagamaan mahasiswa 2015 dan yang belum mengambil (download )

2. Daftar pembagian kelompok pembinaan keagamaan mahasiswa 2016 (download )

3. Surat tugas mahasiswa yang menjadi mentor (download )