Prodi DIII Analisis Kimia UII Siapkan Rencana Pembelajaran Semester Bermuatan Soft Skills

Proses pembelajaran Perguruan Tinggi yang berorientasi pada capaian pembelajaran sikap, pengetahuan dan ketrampilan tidak dapat terpisahkan dengan pengembangan soft skills yang dimiliki oleh mahasiswa. Selama ini pengembangan soft skills seolah-olah hanya dititipkan pada kurikulum dan kurang mendapatkan perhatian yang selayaknya. Model-model pembelajaran saat ini masih mengedepankan penguasaan hard skills bagi mahasiswanya akibatnya. Ketimpangan ini menjadikan pemenuhan kompetensi lulusan belum belum sesuai dengan kebutuhan stakeholders. Sebagai upaya implementasi soft skills dalam pembelajaran Program Studi DIII Analisis Kimia UII menyelenggarakan sebuah Workshop “ Penyusunan Rencana Pembelajaran Semester dengan Muatan Soft Skills Kamis (13/07/2017).

Bertempat di Ruang Sidang I Gedung Prof. Dr. H. Zanzawi Soejoeti, workshop yang dibuka langsung oleh Ketua Program Studi D III Analisis Kimia, Thorikul Huda, S.Si., M.Sc. Pada kesempatan ini, Thorikul Huda menyampaikan bahwa pengembangan soft skills sangat diperlukan oleh mahasiswa Program Studi DIII Analisis Kimia terlebih lagi Brand image lulusan yang ditetapkan program studi mayoritas merupakan atribut-atribut softs skills.

Selain itu, persaingan dalam dunia kerja sekarang juga semakin ketat dan tuntutan dari pengguna (users) pun semakin tinggi. Profil lulusan yang dicari oleh perusahaan tidak hanya unggul pada prestasi akademik saja, namun lulusan yang memiliki added value, sebagaimana yang disampaikan oleh Prof. Mudasir, M. Eng., Ph.D. Indeks prestasi lebih dari 3 bahkan hanya menduduki peringkat ke-17 dalam daftar kualitas-kualitas penting jadi juara.

Adanya soft skills menjadikan seseorang lebih berhasil, lebih berfungsi sebagai keluarga, komunitas dan dunia kerja. Menurut Mudasir soft skills yang perlu dikembangkan adalah daya Kreatif, Analisis kritis, Komunikatif, Ambil keputusan, Pecahkan masalah, BElajar terus, Sikap positif, Aktif-proaktif dan Rasional. Beliau menyingkat kesemua atribut tersebut menjadi KAKAP BESAR.

Dalam sesi yan dipandu oleh Kuntari ini, beliau menyampaikan bahwa faktor yang berpengaruh dalam proses implementasi soft skills pada mahasiswa adalah dimulai dari dosen. Dosen harus bisa menjadi role models bagi mahasiswanya. Bagaimana bisa mencetak KAKAP BESAR sementara dirinya tidak berusaha menjadi KAKAP BESAR.

Berdasarkan pengalaman beliau mengajar di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta selama kurang lebih 30 tahun, kegiatan dosen dalam pengembangan soft skills dapat diwujudkan dalam aktivitas-aktivitas seperti menyusun kompetensi mata kuliah dan aktif berinteraksi dan berpartisipasi dalam kegiatan konstruksi ilmu dan teknologi dengan mahasiswa. Selain itu, dosen harus bersikap adaptif terhadap perubahan ilmu dan teknologi, rajin membaca buku yang bermuatan pengembangan kepribadian dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari serta menerapkan sikap edifikasi, menularkan pesan baik sebelum atau sesudah tatap muka dengan mahasiswa, imbuh Mudasir.

Workshop yang dihadiri oleh seluruh dosen Program Studi DIII Analisis Kimia ini juga menghadirkan pakar pendidikan dari Universitas Negeri Yogyakarta yaitu Sukisman Purtadi, M.Pd. Pada sesi ini, beliau mengatakan bahwa pengajaran soft skills tersistem dapat dilaksanakan melalui serangkaian proses yang harus dilakukan oleh dosen, yaitu perencanaan pembelajaran semester yang tertuang dalam Rencana Pembelajaran Semester (RPS), pelaksanaan dan evaluasi.

Adapun dalam merancang RPS bermuatan soft skills, pembelajaran yang dikembangkan mengacu pada Capaian Pembelajaran Program Studi dan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah. Sementara penugasan dengan muatan soft skills dapat ditekankan pada metode, indikator dan kriteria penilaian,

Menurut Sukisman Purtadi, pendekatan dalam pembelajaran sains yang dianjurkan adalah metode inquiry based learning. Cara menggali proses dan konsep sains dengan dimulai dari bertanya, mengamati, berhipotesis, menyelidiki, menganalisis, menginterpretasi dan mengkomunikasikan ini lebih mengasah kepada soft skills mahasiswa. Metode pembelajaran yang menerapkan soft skills dalam prosesnya akan menghasilkan hard skills yang baik pada akhirnya .