Warna-warni Pewarna Rambut

Dunia fashion dewasa ini memang berkembang pesat. Tidak hanya model pakaian yang direlease setiap tahunnya, rambut pun jadi obyek fashion. Penata rambut telah menjadi salah satu profesi yang mulai dilirik orang. Tidak sekedar model ato gaya rambut yang dieksplorasi oleh para penyeni rambut, tapi mereka juga mulai merambah dunia warna. Ya, rambut sekarang tidak lagi identik dengan warna hitam, coklat, pirang maupun putih.
Contoh yang paling fenomeal adalah harajuku styl’ yang banyak dianut oleh remaja Jepang, bahkan Indonesia. Agnes Monika bisa dibilang penganut style fashion yang satu ini. Selain model baju yang lain dari model baju umumnya, penganut harajuku style juga mewarnai rambut mereka dengan warna yang mencolok seperti biru, merah, hijau dan kuning. Nah, Hot News kali ini akan mengupas serba-serbi pewarna rambut. Lets check it out !
Komponen utama rambut adalah keratin, yaitu protein yang juga terdapat di kulit dan kuku. Sedangkan warna rambut seseorang tergantung dari rasio dua protein yaitu eumelanin dan phaeomelanin yang diproduksi oleh sel melanosit yang terletak di akar rambut. Eumelanin bertanggung jawab terhadap warna rambut gelap yaitu hitam sampai coklat. Sedangkan warna rambut pirang keemasan sampai merah disebabkan oleh protein phaeomelanin. Jika kedua protein tersebut sudah tidak diproduksi maka warna rambut berubah menjadi putih/abu-abu.
Pewarna rambut komersial pertama kali dibuat oleh ilmuwan Perancis yang bernama Eugene Schuller (kimiawan, bo’). Ia menggunakan bahan kimia parafenilendiamin. Bagaimana pewarna rambut bekerja? Pada dasarnya pewarnaan rambut bekerja dengan melibatkan reaksi kimia antara molekul dalam rambut dan pigmen dalam pewarna rambut. 
Ada 3 Macam
Berdasarkan mekanisme kerjanya, pewarna rambut umumnya digolongkan menjadi 3 yaitu pewarna rambut termporer, semi permanen dan permanen. Molekul pigmen dalam pewarna rambut temporer berukuran besar sehingga tidak dapat masuk ke dalam lapisan kutikula/kulit ari rambut. Pewarna rambut tipe ini bekerja hanya dengan cara melapisi rambut atau biasa disebut coating dengan bantuan asam. Pewarna rambut temporer mudah dihilangkan hanya dengan keramas menggunakan shampo dan konsumen yang menggunakan produk ini tidak perlu khawatir warna rambut aslinya akan hilang.
Formula pewarna rambut semipermanen memiliki molekul pigmen yang lebih kecil dibanding pewarna rambut temporer. Sehingga pigmen tersebut dapat masuk ke dalam helai rambut dan menembus lapisan kutikula. Untuk dapat memasukkan molekul pigmen dalam rambut, lapisan kutikula harus dibuka terlebih dahulu, dengan cara memanaskan rambut. Kalo’ pewarna rambut temporer dapat dihilangkan hanya dengan sekali keramas, maka pewarna rambut semipermanen dapat bertahan sampai 8 hingga 14 kali keramas.
Beda lagi dengan pewarna rambut permanen. Jika konsumen ingin menggunakan pewarna rambut permanen, maka ia harus menjalani 2 proses yaitu menghilangkan warna rambut asli kemudian baru menambahkan warna baru. Proses menghilangkan warna rambut asli disebut bleaching.
Bleaching agent, biasanya hidrogen peroksida, akan bereaksi dengan melanin melalui reaksi oksidasi yang irreversibel (tidak dapat balik). Melanin tersebut masih ada, hanya saja molekul yang teroksidasi tadi menjadi tidak berwarna. Rambut yang telah dibleaching cenderung memiliki warna kuning, yaitu warna alami dari keratin. Bleaching agen juga lebih mudah bereaksi dengan pigmen gelap eumelanin daripada phaeomelanin.
Sama seperti pewarna rambut semipermanen, sebelum warna rambut dimasukkan, maka lapisan kutikula harus dibuka terlebih dahulu. Tetapi proses pembukaan lapisan tersebut tidak dilakukan dengan pemanasan, melainkan dengan bantuan larutan basa (biasanya amoniak). Setelah lapisan kutikula terbuka, maka pewarna rambut akan mudah masuk dan berikatan dengan lapisan kortek, yaitu lapisan terdalam pada rambut. Amoniak juga berfungsi sebagai katalis pada proses tersebut. Alkohol dan kondisioner juga terdapat pada pewarna rambut permanen. Fungsinya untuk menutup kembali lapisan kutikula sehingga warna rambut baru akan bertahan lama dalam rambut.
Tapi, Hati-hati !
Para remaja perlu mencermati resiko mewarnai rambut. Alih-alih tampil trendi, alergi yang di dapat. Sebuah riset yang dilansir jurnal kesehatan, The British Medical Journal, kasus alergi akibat penggunaan bahan pewarna rambut cenderung meningkat terutama pada remaja. Gejalanya berupa alergi ringan sampai pembengkakan pada wajah. Penderita akan merasakan ketidaknyamanan pada kulit kepala dan kemerah-merahan pada leher, telinga dan dahi.
Para peneliti dari St John’s Institute of Dermatology London menyebutkan beberapa zat dalam pewarna rambut yang berpotensi menimbulkan alergi, salah satunya adalah parafenilendiamin (PPD). Bahan ini ternyata ditemukan dalam lebih dari 2/3 produk pewarna rambut (Nah, lo !). Makanya, di Jerman, Perancis dan Swedia senyawa ini sudah dilarang digunakan dalam produk pewarna rambut.
Selain alergi, ternyata pewarna rambut juga mengancam para wanita yang menggunakannya. Penitian yang dilakukan oleh American Association of Cancer Research (AACR) menyatakan bahwa wanita yang seting menggunakan pewarna rambut permanent berseriko terkena kanker kandung kemih.
Sebenarnya ada satu tips sederhana untuk mengindari resiko alergi dan sebaiknya dilakukan sebelum melakukan pewarnaan rambut. Caranya, oleskan sedikit bahan pewarna rambut ke kulit tangan. Jika tangan terasa gatal dan kemerah-merahan maka jangan lakukan pewarnaan rambut dengan produk tersebut.
Tetapi, tips yang paling aman dan hasil memuaskan adalah back to nature. Gunakan bahan alami untuk merawat rambut anda. Anda bisa menggunakan lidah buaya, miri, seledri, telur, jeruk nipis, bayam dan mengkudu. Memang agak merepotkan, tetapi hasilnya juga akan betahan lama. Jadi, mengapa malu dengan warna rambut asli anda. (rainy)