Kuliah Pakar Series #2 : Virtual Trip dan Kuliah Pakar “Kimia dan Warisan Cagar Budaya Indonesia”
Program Studi DIII Analisis Kimia, pada Sabtu, 19 Juni 2021 menyelenggarakan Virtual Trip dan Kuliah Pakar bertemakan Kimia dan Warisan Cagar Budaya Indonesia. Kegiatan yang dibuka secara resmi oleh Ketua Program Studi DIII Analisis Kimia ini merupakan upaya pengembangan keilmuan dan kompetensi dalam bidang analisis kimia dan penerapannya, khususnya dalam proses konservasi warisan cagar budaya. Virtual Trip dan Kuliah Pakar Kimia dan Warisan Cagar Budaya ini menghadirkan narasumber Nahar Cahyandaru, S.Si., M.A., ahli pengkaji pelestari cagar budaya Balai Konservasi Candi Borobudur. Kegiatan ini selain diikuti oleh mahasiswa Program Studi DIII Analisis Kimia FMIPA UII juga diikuti oleh sejumlah kimiawan, khususnya yang berprofesi sebagai analisis kimia.
Kuliah Pakar ini diawali dengan virtual trip warisan cagar budaya Indonesia. Narasumber mengajak seluruh peserta untuk mengunjungi situs cagar budaya yang ada di Indonesia, diantaranya Candi Borobudur, Candi Kalasan, peninggalan Kerajaan Gowa, peninggalan Kerajaan Majapahit, peninggalan Sunan Kudus, dan beberapa situs sejarah lainnya. Situs sejarah ini merupakan warisan budaya yang harus dijaga kelestariannya. Selain memiliki punya nilai tradisi dan budaya, warisan cagar budaya ini memiliki tinjauan ilmu pengetahuan yang menarik untuk terus dikaji.
Narasumber mengajak peserta untuk mengenal proses konservasi warisan cagar budaya, salah satunya adalah Sangiran. Sangiran menjadi merupakan situs arkeologi Jawa yang diakui UNESCO sebagai situs penting dalam mempelajari fosil manusia. Fosil manusia dan benda bersejarah digunakan untuk mengungkap fakta ilmu pengetahuan yang semakin berkembang. Setiap pengkajian warisan sejarah, membutuhkan peran multi disiplin ilmu, salah satunya analis kimia. Analisis kimia berperan sangat penting dalam memastikan umur benda cagar budaya dan mengetahui material penyusun benda cagar budaya.
Indonesia, sebagai negara yang memiliki kekayaan cagar budaya menjadi penting untuk melakukan pengkajian dan konservasi untuk menjaga dan melindungi warisan sejarah yang tak ternilai. Benda cagar budaya mungkin saja akan lapuk dimakan usia. Konservasi cagar budaya menjadi aktivitas penting dalam melindungi warisan sejarah agar tetap dapat dikenang generasi masa depan.
Benda-benda warisan sejarah seperti pusaka, perabot, candi, perhiasan, prasasti, bangunan, dan semua jenis benda bersejarah lainnya terbuat dari berbagai jenis material perlu dilindungi. Perawatan benda cagar budaya sangat tergantung pada material penyusunnya, seperti batu, logam, ataupun kayu. Benda tersebut dapat mengalami kerusakan secara alamiah dengan adanya mikroorganisme, korosi, ataupun pelapukan secara alamiah. Pengawetan benda cagar budaya dipelajari dari tradisi nenek moyang dengan memanfaatkan material alam seperti ekstrak tumbuhan dan asap cair dari tanaman khas nusantara. Hal ini membuka potensi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk terus ditemukan formulasi yang efekttif untuk memberikan perlindungan benda cagar budaya.
Tidak hanya itu, peserta mendapatkan pengetahuan tentang pentingnya analisis kimia dalam mempelajari temuan-temuan baru situs budaya. Penerapan metode analisis kimia sangat penting untuk mengkaji temuan benda cagar budaya termasuk cara melakukan konservasinya. Perkembangan metode dan instrumentasi pengujian kimia sangat membantu proses penelusuran sejarah.
Metode analisis non destruktif seperti XRF sangat berguna dalam menjawab kebutuhan konservasi benda cagar budaya. Metode ini dapat memotret komposisi material benda cagar budaya tanpa mengambil dan merusak benda tersebut. Metode instrumentasi seperti AAS dan metode sensori sangat membantu proses pengujian benda cagar budaya. Namun, tidak semua proses pengujian benda cagar budaya menggunakan metode instrumentasi yang canggih. Metode konvensional seperti gravimetric dan volumetric masih banyak digunakan untuk keperluan konservasi benda cagar budaya. Metode ini masih diyakini memiliki presisi dan akurasi yang tinggi dibandingkan metode instrumental. Beberapa pengujian logam seperti silika, besi, dan kalsium masih banyak menggunakan metode konvesional mengingat kandungannya yang sangat tinggi. Metode gravimetric yang sangat sederhana, sejauh ini memiliki akurasi yang tinggi dalam menguji kandungan silika dalam pengujian benda cagar budaya seperti candi, termasuk material yang digunakan untuk konservasinya. Titrasi kompleksometri menjadi metode yang cocok untuk pengujian kalsium dan besi. Titrasi kompleksometri ini secara luas sangat membantu pengujian beberapa logam dengan kandungan yang sangat tinggi.
Analis kimia merupakan profesi yang sangat menarik. Melalui kuliah pakar ini akan semakin membuka wawasan, betapa besarnya nilai luhur budaya dan warisan sejarah apabila dikaji dari sisi ilmu pengetahuan. Analisis kimia mampu mengungkap kekuatan pusaka tradisional seperti keris. Analisis kimia dapat digunakan untuk mempelajari keris, material komposisi keris, termasuk relief keris. Sejarah mencatat, ornament pada keris terbuat dari unsur meteoroid yang bisa dikaji melalui serangkaian pengujian kimia. Inilah sisi menarik analisis kimia untuk mengungkap warisan cagar budaya Indonesia.