Prodi DIII Analis Kimia kirimkan delegasi dalam Konvensi Profesi Analis Kimia Indonesia (KOMPAK) 2015 di Hotel Solo Paragon Jawa Tengah. Delegasi yang dipimpin oleh Ketua Prodi DIII Analis Kimia, Thorikul  Huda, M.Sc. yang sekaligus sebagai Ketua DPW Himpunan Profesi Analis Kimia Indonesia (HIMPAKI) DIY-Jawa Tengah didampingi oleh Sekretaris Prodi DIII Analis Kimia, Yuli Rohyami, Bayu Wiyantoko, dan Jamalul Lail.  Konvensi yang pertama kali diselenggarakan pada 26 – 28 Agustus 2015 oleh DPP HIMPAKI menjadi konvensi analis kimia se-Indonesia dalam rangka menyambut tantangan global.  Konvensi yang secara resmi dibuka oleh Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Puger ini menghadirkan keynote speaker  Letjen Purnawirawan Ir. H. Azwar Anas, mantan Menko Kesra dan Menteri Perhubungan RI dan Mujiono, M.M., Kepala Pusdiklat Kemenperin RI.   
Analis kimia memiliki peranan yang besar dalam kemajuan bangsa. Dalam sambutannya, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Puger menuturkan bahwa generasi muda harus tantangan globalisasi sehingga mampu bersaing di kancah internasional. Para professional muda harus memiliki keunggulan yang kompetitif. Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Puger juga menuturkan, bahwa Keraton Kasunana Surakarta memiliki tradisi yang perlu digali dari sisi kimiawinya. Kekayaan tradisi keratin seperti batik, ramuan tradisional, resep tradisional, ramuan perawatan pusaka kerajaan dan pemandian air hangat yang kaya akan material. Analis kimia juga harus berperan dalam mendukung program pemerintah dalam pengendalian kelestarian lingkungan. Pihaknya menyatakan bangga, Solo sebagai kota yang banyak melahirkan para pemimpin dan pahlawan bangsa dipercaya menjadi tuan rumah dalam konvensi yang pertama dari asosiasi profesi analis kimia.
Analis kimia memiliki peranan yang besar dalam membangun bangsa. Letjen Purnawirawan Ir. H. Azwar Anas yang juga memiliki basic di bidang analis kimia, dalam pemaparannya menyampaikan bahwa untuk membangun kemajuan bangsa dibutuhkan kecerdasan social, kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual. Membangun sebuah peradaban harus dimulai dari bagaimana membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas. Mustahil suatu negara akan memiliki kekuatan yang besar tanpa dibangun fondasi ketaatan bangsa Indonesia pada Allah SWT. Kekuatan sebuah negara juga tidak lepas dari peranan seorang ibu. Bagaimana membangun bangsa akan sangat dipengaruhi sejauhmana generasi bangsa mengabdikan dirinya pada ibu, para orang tua dan ibu pertiwi. Tantangan China-ASEAN Free Trade Area yang sudah di depan mata, membutuhkan penguatan social behavior untuk dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman. Analis kimia, ke depan adalah calon pemimpin bangsa yang akan menghantarkan kemajuan dan kejayaan bangsa Indonesia.
Mujiono, M.M. dalam pemaparannya menyampaikan bahwa program pendidikan vokasi didesain untuk melahirkan tenaga kerja kerja industri yang kompeten. Dalam Peraturan Pemerintah No 41 tahun 2015 menyatakan bahwa program pendidikan vokasi Indonesia memiliki tantangan untuk membangun pendidikan berbasis kompetensi. Adanya kebijakan hilirasi yang melarang segala bentuk bahan mentah untuk diekspor, maka Indonesia harus mampu menyiapkan tenaga professional untuk mengelola sumber daya alam. Kebutuhan tenaga professional yang kompeten menjadi tanggung jawab besar dari berbagai pihak. Realita yang ada, produktivitas SDM Indonesia masih rendah, tingkat pengangguran yang masih tinggi, padahal pasar bebas ASEAN akan menjadi tantangan yang harus dihadapi. Kesenjangan kompetensi rupanya masih menjadi permasalahan besar yang harus mendapat perhatian besar.
Permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia, 75 % dari sebaran sektor Industri masih berada di Pulau Jawa dan wirausahawan Indonesia masih berada di bawah 2 %. Era perdagangan bebas, perlu ditempuh dalam menyiapkan tenaga kerja kerja industry yang kompeten dan memiliki daya saing yang tinggi, dengan membangun pendidikan vokasi industry berbasis kompetensi, membangun link and match antara vokasi dengan dunia kerja industry, mengembangkan sistem pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi, dan mendorong recognisi SKKNI di tingkat ASEAN melalui Mutual Recognition Agreement (MRA). Langkah stategis yang dilakukan pemerintah adalah dengan melakukan pemetakan kompetensi pasar tenaga kerja ASEAN. Organisasi profesi analis kimia memiliki tantangan besar untuk melakukan pemetakan kompetensi untuk membuka peluang tenaga professional Indonesia bersaing di tingkat ASEAN.
Dalam konvensi ini juga digelar forum sains dengan menghadirkan berbagai narasumber Dr. Mas Ayu Elita Hafizh, Ph.D. (Universitas Indonesia), Mohammad Faezal Bahri (PT Kromitekindo Utama), Hardiana Setiani (Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia), Laila Fitri Handayani, dan PT Malvern Indonesia. Menurut Mas Ayu Elita Hafizh, teknologi nano dalam perusahaan polimer berkembang dengan pesat. Indonesia memiliki sumber daya yang besar untuk mengembangkan teknologi nano sehingga mampu membawa kemajuan bangsa. Pengembangan instrumentasi pengujian kimia juga semakin melejit. Dalam presentasinya, Mohamad Faezal Bahri menjelaskan system deteksi senyawa yang transparan UV dengan penambahan detector MS pada instrument HPLC-PDA yang ada.
Kiprah analis kimia sangat luas dalam berbagai sektor strategis pembangunan bangsa. Hardiana Setiani dari Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia memaparkan bagaimana melakukan validasi pengujian logam berat dalam sektor industri persepatuan Indonesia. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja kimia, memiliki peranan yang besar dalam membangun Indonesia sejahtera. Smart projector, menjadi topik yang hangat dalam forum sains yang disampaikan oleh Krisna dari Universitas Indonesia disamping berbagai forum inovasi dari IPB, PT Berca Niaga Medika, PT Niaga Indocement Tunggal Prakarsa tbk., PMMI-IQMA dan PT. Kimia Mega Slaras.
Sistem sertifikasi kompetensi pada profesi analis kimia memiliki peranan penting. Surono, M.Phil. dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) mengangkat tema Sertifikasi Profesi dan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di Bidang Analis Kimia. BNSP mendorong asosiasi profesi lembaga diklat dan perguruan tinggi untuk mendirikan Lembaga Sertikasi Profesi (LSP) untuk mewujudkan Indonesia kompeten. Pemahaman sistem manajemen mutu laboratorium ISO/ICE 17025 menjadi isu yang menarik dalam akhir acara konvensi.

Wirdatul Jannah, mahasiswi Prodi DIII Analis Kimia FMIPA UII berhasil meraih Juara I pada Olimpiade Kimia Terapan Tingkat Nasional.
Program Studi DIII Analis Kimia bekerja sama dengan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Sains Terapan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia menyelenggarakan Seminar Penguatan Sistem Sertifikasi Personel ISO/IEC 17024.  Kegiatan ini diselenggarakan pada Senin, 17 Agustus 2015 bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-70.  Seminar yang diselenggarakan di Auditorium Fakultas MIPA ini menghadirkan pembicara Anggota Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Dra. Nurmaningsih, MBA. Seminar yang dibuka oleh Wakil Rektor I, Dr.Ing. Ilya Fajar Maharika, IAI., ini dihadiri oleh dosen DIII Analis Kimia, DIII Ekonomi, perwakilan Prodi se-UII dan mahasiswa Prodi DIII Analis Kimia FMIPA UII.
Cemaran pangan dan penyalahgunaan bahan kimia berbahaya pada makanan dan minuman semakin merebak di masyarakat. Isu beras plastik, formalin, borak, dan rhodamin B semakin meresahkan masyarakat. Beredarnya makanan dan minuman layak konsumsi masih merebak di pasar. Masyarakat harus semakin cerdas dalam memilih bahan dan produk pangan yang halalan thoyiban.  Keluarga memiliki peran yang besar untuk membangun pola hidup sehat, termasuk cara memilih jajanan anak yang sehat. Prodi DIII Analis Kimia yang memiliki kompetensi dalam pengujian kimiawi memiliki tanggung jawab yang besar pada masyarakat untuk memberikan pengenalan bahan kimia berbahaya dan cemaran pada makanan.
Program Studi DIII Analis Kimia terus kembangkan media pembelajaran guna menunjang implementasi e-learning.  Dalam rangka mempersiapkan pembelajaran tahun akademik 2015/2016 Prodi menyelenggarakan Pelatihan Pengembangan Media Pembelajaran Video Berbasis Powerpoint.  Pelatihan yang diselenggarakan pada Selasa, 12 Agustus 2014 di Ruang Sidang FMIPA UII ini diikuti oleh dosen Program Studi DIII Analis Kimia FMIPA UII. Kegiatan ini menjadi pengembangan program implementasi e-learning untuk memperkaya media pembelajaran yang lebih interaktif.  Penyiapan media pembelajaran ini membutuhkan ketrampilan yang memadai sehingga mampu menghasilkan media pembelajaran yang lebih menarik.  Dosen mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan sekaligus praktik memproduksi video pembelajaran menggunakan software Camtasia yang dipandu oleh Agung Nugroho Adi, M.T. , Muhammad Ridhwan, M.T. dan tim dari Prodi Teknik Mesin FTI UII.
Lembaga Sertikasi Profesi (LSP) Sains Terapan FMIPA UII ajukan lisensi 
Program Studi DIII Analis Kimia FMIPA UII telah siap menjadi pilot project penerbitan Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI).  Prodi telah mempersiapkan semua perangkat dan sumber daya dalam menerbitkan SKPI bagi seluruh lulusan.  Menurut Ketua Program Studi DIII Analis Kimia, Thorikul Huda, M.Sc. upaya ini menjadi langkah strategis dalam memperkuat implementasi kurikulum 2014 sehingga dapat meningkatkan daya saing lulusan di pasar global. Adanya penerbitan diploma supplement ini akan menjadi bukti bagi alumni yang dapat ditunjukkan kepada calon user.  Surat Keterangan Pendamping Ijazah merupakan pernyataan secara resmi yang dikeluarkan oleh Prodi yang berisi informasi akademik atau kualifikasi lulusan.  Adanya SKPI dapat memberikan informasi tambahan yang menyatakan kemampuan kerja, penguasaan pengetahuan, dan sikap atau moral lulusan. Informasi yang yang diberikan dalam SKPI dapat digunakan sebagai pembanding transkrip nilai hasil belajar mahasiswa. Penerbitan SKPI menggunakan dua bahasa, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, sehingga informasi yang tercantum di dalamnya dapat digunakan secara internasional.