Program Studi Analis Kimia Gelar Workshop Siapkan Strategi Penguatan Soft Skills Mahasiswa
Soft skills merupakan seperangkat kemampuan yang mempengaruhi bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain. Soft skills memuat komunikasi efektif, berpikir kreatif dan kritis, membangun tim, serta kemampuan lainnya yang terkait kapasitas kepribadian individu. Konstribusi soft skills dalam kesuksesan mahasiswa atau lulusan dalam dunia kerja memiliki porsi yang besar.
Guna memenuhi kebutuhan user, terutama dalam menghadapi tantangan dan persaingan dunia kerja di era globalisasi program studi D III Analis Kimia selenggarakan workshop internalisasi soft skills dalam perkuliahan Kamis (6/07/2017). Kegiatan yang digelar dalam rangka Program Hibah Kompetisi Prioritas (PHK-Prioritas) Tahun 2017 dihadiri oleh 23 peserta yang meliputi seluruh dosen Program Studi D III Analis Kimia dan dosen-dosen perwakilan Program Studi meliputi Program Studi Pendidikan Kimia, Ilmu Kimia D III Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Thorikul Huda, S.Si., M.Sc. selaku Ketua Program Studi D III Analis Kimia memaparkan dalam sambutannya bahwa berdasarkan analisis tracer study kebutuhan akan soft skills mendominasi kompetensi dari lulusan. Selama ini pengembangan soft skills masuk dalam hidden curriculum, dengan diadakannya workshop internalisasi soft skills ini diharapkan Program Studi D III Analis Kimia memperoleh strategi yang tepat dalam melakukan pengembangan pola penguatan soft skills mahasiswa yang terintegrasi dalam perkuliahan.
Acara yang bertempat di Ruang Sidang 1 Gedung Prof. Dr. H. Zanzawi Soejoeti ini menghadirkan narasumber yang memiliki kepakaran dalam pembinaan soft skills mahasiswa dan praktisi akademik yang telah mengembangkan internalisasi pendidikan soft skills dalam kegiatan pembelajaran yaitu Dody Hartanto, S. Pd., M. Pd Ketua Prodi Bimbingan Konseling Universitas Ahmad Dahlan dan Prof. Dr. M. Suyanto, M.M Rektor Universitas AMIKOM Yogyakarta.
Dody Hartanto di awal materi memaparkan bahwa,” Kita tidak mengetahui pengetahuan apa yang paling diperlukan di masa depan, oleh karena itu tidak ada gunanya untuk mengajari sekarang, sebaiknya kita membantu anak untuk makin mencintai dan makin pandai belajar sehingga dapa belajar sesuatu pada saat membutuhkan (Holt, 1964). Berawal dari pernyataan tersebut peran pendidik dalam memfasilitasi berkembangnya soft skills dari peserta didik sangatlah penting, tambah Dody Hartanto.
Dalam kesempatan ini Dody Hartanto menyarankan, Program Studi harus menetapkan skala prioritas atribut soft skills yang akan dikembangkan. Dasar penetapan dapat mengacu pada kebutuhan user berdasarkan analisis tracer study . Adapun langkah yang ditempuh meliputi merumuskan dan mensepakati soft skills yang akan menjadi brand image lulusan, mengidentifikasi kemampuan soft skills yang akan dikembangkan oleh mahasiswa baru, membuat master plan untuk masing-masing tingkatan angkatan dan melakukan inovasi yang khas dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada. Sementara bentuk kegiatan yang dapat meningkatkan sosft skills dapat berupa kegiatan penalaran-keilmuan, minat dan kegemaran, peningkatan kesejahteraan, bakti sosial mahasiswa dan organisasi mahasiswa.
Di akhir sesi materi beliau mengatakan bahwa keberhasilan penguatan soft skills mahasiswa dalam pendidikan tentunya tidak terlepas dari peran dosen. Seorang dosen harus dapat menjadi role models bagi mahasiswanya, bukan hanya menuntut mahasiswa sesuai kemauan dosen tanpa adanya keteladanan dari dosen.
Seorang dosen dapat memberikan keteladanan tentunya ketika telah memiliki modal yaitu kemampuan soft skills yang matang. Salah satu langkah yang dapat ditempuh yaitu melalui Pelatihan Super Unggul sebagaimana yang telah diterapkan di Universitas kami, ujar M. Suyanto. Pelatihan Super Unggul ini dilaksanakan selama 1 minggu yang diawali dengan kontrak belajar dilanjutkan eksplorasi diri dan keswadayaan, diskusi kegemilangan cara mengatasi kelemahan, komunikasi empatik, goal setting atau menggubah gagal menjadi sukses, ikrar diri dan refleksi diri dan do’a.
M. Suyanto mengungkapkan bahwa kunci keberhasilan mahasiswa-mahasiswa beliau terletak bukan pada penguasaan hard skillsnya melainkan penguasaan soft skills. Soft skills yang meliputi Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ) memberikan persentase sebesar 80 % dalam kesuksesan seseorang. Beliau menegaskan bahwa Attitude Changes Everything. Sikap mental positif sangat diperlukan untuk menjadi orang sukses. Ubahlah setiap kelemahan menjadi kelebihan. Gempur habis tembok derita sehingga sukses ada di genggaman Anda. Sukses di sini adalah mengalahkan ego dalam diri, ketika seorang sudah tidak mementingkan ego diri sehingga ia dapat berlaku sebagai rahmatan lil ‘alamin akan menjadi sukses, in sya Allah.