Christanty Wahyu Septyaningrum, Sri Handayani, Cahyorini Kusumawardani, Kun Budiasih

 

Synthesis of Mg/Al Hydrotalcite by Using Low Supersaturated Precipitation Method with Variation of Mole Ratio

 

1-5

 

 

 

 

 

Yetty Hastina

 

Ecological Studies of Riparian Vegetation Reviewed by Physic and Chemistry Aquatic Conditions at Sematang Borang River, South Sumatera

 

6-21

 

 

 

 

 

Riyanto

 

Determination of Lead in Waste Using Cyclic Voltammetry by Platinum Wire Electrode

 

22-33

 

 

 

 

 

Voulda D. Loupatty

 

Nori Nutrient Analysis from Seawed of Seawed of Porphyra marcossi in Maluku Ocean

 

34-48

 

 

 

 

 

Suparmi, Khusnul Khotimah, Amal Fadholi

 

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Kulit Buah Apel ( Pyrus malus, L) Terhadap Penurunan Permeabilitas Vaskuler Pada Mencit Putih Jantan Strain Balb/C

 

49-61

 

 

 

 

 

Mustofa Ahda

 

 

Ethanol Concentration Effect of Mangoesten Pell Extract to Total Phenol Content

 

61-70

 

 

 

 

 

Ahmad Said, Is Fatimah, Dwiarso Rubiyanto

 

Effect of Temperature on Rice Husk Asing and Its Application on Adsorbing Fe and Zn Metal in Patchouli Oil

 

71-86

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menjadi salah satu standar kompetensi bagi professional muda di bidang analis kimia.  Kompetensi ini menjadi bekal untuk memberikan jaminan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja dan pencegahan kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.  Dalam rangka memberikan bekal kepada calon lulusan, Program Studi DIII Analis Kimia pada hari Ahad, 21 Desember 2014 di Gedung Lab Terpadu UII menyelenggarakan short course K3.  Kegiatan ini diikuti oleh seluruh mahasiswa angkatan 2013.

Kegiatan ini menjadi bagian dari penyelenggaran matakuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada kurikulum 2014.  Dalam shortcourse kali ini, menghadirkan Yuli Rohyami, M.Sc. dan Reni Banowati Istiningrum, M.Sc. Keduanya merupakan narasumber yang telah mendapatkan sertifikat K3 dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.  Para peserta mendapatkan materi sesuai dengan standar pelatihan K3 yang mencakup dasar-dasar keselamatan kerja, undang-undang K3, kesehatan kerja dan analisis manajemen resiko.  Selain mendapatkan materi K3, peserta juga sekaligus mengikuti praktik analisis manajemen resiko.

Pemahaman K3 sangat penting bagi tenaga analis kimia yang profesional.  Selama mengikuti program pendidikan profesi, lebih dari 70 % kegiatan pembelajaran dilakukan melalui praktikum di laboratorium.  Guna membangun keunikan skill mahasiswa dalam sistem penjaminan mutu laboratorium ISO 17025 dibutuhkan personel yang memiliki sertifikasi kompetensi.  Aspek K3 menjadi salah satu unjuk kerja penilaian uji kompetensi dalam setiap skema sertifikasi mulai dari paket dasar analisis volumetric dan gravimetric, spektroskopi dan kromatografi.

Sebagai tenaga ahli di bidang analis kimia, bekerja di laboratorium  penuh dengan resiko terjadinya kecelakaan kerja.  Potensi bahaya yang memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja, cidera, penyakit dan kerusakanan dapat berasal dari interaksi dengan bahan kimia dan peralatan yang ada di laboratorium.  Potensi bahaya yang berasal dari chemical, physical, biological, electrical, mechanical, ergonomic dan physicological hazard dapat dikendalikan dan dicegah melalui implementasi K3 sehingga setiap aktivitas di laboratorium dapat dilakukan dalam kondisi aman (safe).

Interaksi dengan bahan kimia menjadi perhatian penting sehingga penggunaan alat perlindungan diri (APD) dan budaya K3 menjadi sikap kerja yang akan menjadi pengembangan pendidikan karakter di Program Studi DIII Analis Kimia.  Pengetahuan dasar bahan kimia menjadi sangat penting terutama dalam mengembangkan kompetensi lulusan agar dapat melakukan analisis manajemen resiko. 

Selain itu, sebagai calon lulusan yang nantinya akan berkarya di dunia kerja maka diperlukan pemahaman terkait dengan aturan normatif yang berkaitan dengan undang-undang keselamatan dan kesehatan kerja kimia.  Pemahaman ini akan menjadi acuan sehingga sebagai calon tenaga professional memahami kewajiban dan hak perlindungan tenaga kerja sehingga akan memberikan perlindungan baik secara fisik dan mental serta perlindungan akan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja.

 Tantangan globalisasi sudah di depan mata. Program DIII Analis Kimia FMIPA UII pada tahun 2015 siap menerapkan Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI).  Diploma supplement ini akan diberikan kepada setiap lulusan Program Studi DIII Analis Kimia.  Tahun ini, prodi telah mengimplementasikan program learning outcome yang telah diselaraskan dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dalam kurikulum 2014.  Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) diterbitkan dengan mengacu KKNI dan konvensi UNESCO tentang pengakuan studi, ijazah dan gelar pendidikan tinggi.  Adanya SKPI akan menjadi dokumen yang menyatakan kemampuan kerja, penguasaan pengetahuan dan sikap atau moral bagi pemegang SKPI.

Prodi telah melakukan berbagai kajian intensif dan studi banding di ITS Surabaya.  Kesiapan telah diwujudkan dari hasil pemaparan Tim SKPI yang dikawal oleh Ibu Tri Esti Purbaningtias, M.Si. Dalam diskusi SKPI yang digelar pada Kamis, 18 Desember 2014 di Ruang Sidang Laboratorium Kimia FMIPA UII dapat disimpulkan bahwa Prodi DIII Analis Kimia FMIPA UII siap mengimplementasikan SKPI pada tahun 2015 mendatang.  Dalam diskusi tersebut, Ibu Reni Banowati Istiningrum, M.Sc. dan Tri Esti Purbaningtias, M.Si.  memaparkan langkah strategis dalam mempersiapkan SKPI dan instrument pendukung lainnya yang dibutuhkan dalam mendukung penyiapan SKPI bagi lulusan Prodi DIII Analis Kimia FMIPA UII.

Adanya SKPI ini akan mampu meningkatkan performa lulusan yang dapat memberikan informasi yang menyangkut kualifikasi lulusan, kemampuannya di bidang kerja sebagai tenaga professional di bidang analisis kimia yang menguasai sistem penjaminan mutu laboratorium ISO 17025, memiliki pengetahuan dan sikap moral dengan keunikan nilai-nilai keislaman yang telah telah dirumuskan dalam visi dan misi prodi.

 Himpunan Profesi Analis Kimia (HIMPAKI) menyelenggarakan rapat kerja nasional (rakernas) kedua di Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan dari tanggal 19 sampai dengan 20 Desember 2014.  Pada rakernas kedua tersebut dibicarakan tentang evaluasi program ditahun 2014 dan rencana kegiatan pada tahun 2015 sampai 2016.  Hadir beberapa perwakilan dari daerah untuk ikut serta dalam menyukseskan rakernas yang dilaksanakan di gedung yang beralamatkan Jln. Dr. Semeru No. 63 Bogor.  Perwakilan daerah yang hadir diantaranya dari Propinsi Bali, Nangro Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Jawa Barat, Sumatera Barat, DKI Jakarta dan D.I. Yogyakarta.  Propinsi DIY diwakili oleh Thorikul Huda yang juga sebagai Ketua Program Studi D3 Analis Kimia FMIPA UII. Thorikul Huda berharap HIMPAKI menjadi asosiasi yang strategis untuk mendukung pengembangan profesi analis kimia di Indonesia. 
Posisi strategis dari HIMPAKI karena didukung oleh berbagai unsur seperti regulator (pemerintah) pelaku usaha (user) dan kalangan akdemisi.  ”HIMPAKI dapat berperan dalam pengembangan kurikulum vokasi hingga mencapai level 9 KKNI” ungkap Thorikul Huda saat ditemui di kantornya sehari setelah mengikuti rakernas.  Kesepakatan pentig yang diperoleh dari rakernas tersebut diantaranya adalah:
1.    Sosialisasi HIMPAKI keberbagai wilayah di Indonesia
2.    Pembentukan DPW HIMPAKI
3.    Pembentukan Lembaga Sertifkasi Profesi (LSP) HIMPAKI
4.    Konferensi HIMPAKI di tahun 2016.  
Menurut Thorik sapaan akrab Kaprodi D3 Analis Kimia bahwa UII dalam hal ini adalah Prodi D3 Analis Kimia siap untuk menginisiasi pembentukan Dewan Pengurus Wilayah Propinsi DIY.  Rencananya seluruh dosen di d3 Analis Kimia dan tenaga laboratorium yang ada di lingkungan UII khususnya yang berhubungan dengan pengujian kimia akan di usulkan untuk emjadi anggota HIMPAKI.  D3 Analis Kimia UII juga akan turut mensosialisasikan kebeberapa SMK yang menyelenggarakan program studi atau jurusan analis kimia dan kimia industri.  Selain itu juga sosialisasi juga akan dilakukan ke berbagai instansi yang saat ini memiliki aktivitas pengujian di laboratorium kimia.  

Minggu, 7 Desember 2014, Prodi DIII Analis Kimia UII melaksanakan salah satu rangkaian Short Course Kurikulum dengan tema Kewirausahaan bagi mahasiswa DIII Analis Kimia angkatan 2013. Kegiatan yang dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan ini dibuka oleh Kaprodi DIII Analis Kimia, Bapak Thorikul Huda, M.Sc. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bagian dari peleburan mata kuliah pada masa transisi kurikulum lama ke kurikulum baru.

Minggu, 7 Desember 2014, Prodi DIII Analis Kimia UII melaksanakan salah satu rangkaian Short Course Kurikulum dengan tema Kewirausahaan bagi mahasiswa DIII Analis Kimia angkatan 2013. Kegiatan yang dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan ini dibuka oleh Kaprodi DIII Analis Kimia, Bapak Thorikul Huda, M.Sc. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bagian dari peleburan mata kuliah pada masa transisi kurikulum lama ke kurikulum baru.

Kegiatan ini merupakan arena pelatihan bagi mahasiswa untuk bisa memproduksi barang bernilai ekonomis tinggi yang berbasis proses kimia sederhana. Tema yang diusung melalui kegiatan ini adalah pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) dan pembuatan sabun batang. Harapannya, pelatihan ini dapat menggugah semangat mahasiswa untuk berani memasuki dunia wirausaha. Selain itu, kegiatan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mereka terhadap proses kimia sederhana dalam produk-produk kreatif yang saat ini ada di pasaran.

Kegiatan yang dimotori oleh dosen-dosen DIII Analis Kimia ini mendapatkan sambutan hangat dari peserta. Mahasiswa berperan aktif dalam proses pembuatan VCO dengan proses fermentasi maupun pembuatan sabun batang. Instruktur yang terdiri atas dosen dan laboran memberikan masukan-masukan yang produktif dalam proses tersebut. Proses fermentasi pada pembuatan VCO pada kegiatan ini menggunakan ragi tape. Proses ini akan mempercepat pembentukan lapisan minyak di atas lapisan blondo. Untuk menghasilkan VCO dengan jumlah yang banyak dan berkualitas tinggi, digunakan bahan dasar kelapa tua yang menghasilkan santan kental.

Sabun merupakan produk turunan dari minyak. Proses pembuatan sabun, mereaksikan minyak atau lemak dengan larutan alkali. Untuk menghasilkan sabun batang biasanya digunakan larutan NaOH, sedangkan pembuatan sabun cair biasanya menggunakan larutan KOH. Kualitas sabun, seperti hardness, cleansing, condition, bubbly dan creamy, sangat tergantung pada jenis minyak yang digunakan sebagai pembuat sabun. Sifat-sifat sabun tersebut dapat dikalkulasi dengan menggunakan program Soap Calculator seperti yang ada di website http://soapcalc.net/calc/soapcalcwp.asp. Resep pembuatan sabun, seperti berapa jumlah pelarut yang harus ditambahkan atau jumlah larutan alkali yang harus digunakan, juga dapat dihitung menggunakan program Lye Calculator seperti yang bisa diakses di https://www.thesage.com/calcs/LyeCalc.html.

Pelatihan ini hanya sekelumit bekal yang dapat diberikan oleh Prodi DIII Analis Kimia bagi mahasiswa. Hasil produk berbasis kimia sederhana ini dapat dikemas menjadi produk bernilai jual tinggi jika mahasiswa mampu menuangkan ide kreatif mereka dalam bentuk tampilan produk dan pemasaran. Kami, dosen dan civitas akademika Prodi DIII Analis Kimia, senantiasa mendorong mahasiswa untuk mencoba, mencoba dan mencoba melebarkan sayapnya dalam dunia wirausaha.

 Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) merupakan bagian dari kegiatan rutin Prodi DIII Analis Kimia UII. Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 25 Oktober 2014 kemarin adalah salah satu rangkaian PkM yang dilaksanakan di dusun Kaliwanglu, desa Harjobinangun, Pakem, Sleman. Selain merupakan bagian dari pelaksanaan catur dharma civitas akademika DIII Analis Kimia UII, kegiatan ini juga dimanfaatkan untuk menyambung silahturahmi dengan masyarakat sekitar kampus UII.

Pertemuan dengan warga dusun Kaliwanglu diadakan di rumah kepala dusun pukul 13.30 WIB. Pertemuan ini diawali dengan sambutan oleh kepala Prodi DIII Analis Kimia, Bapak Thorikul Huda dan dilanjutkan dengan perkenalan civitas akademika DIII Analis Kimia kepada masyarakat dusun Kaliwanglu yang hadir pada saat itu.

Pelatihan pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil) dilakukan oleh Ibu Yuli Rohyami dan Bapak Bayu Wiyantoko. “Pembuatan VCO dapat dilakukan dengan beberapa metode sederhana, ada yang menggunakan metode tradisional, ada metode pemanasan pada suhu 60oC dan ada yang menggunakan bantuan enzimatik.” jelas Ibu Yuli Rohyami. Selanjutnya Bapak Bayu Wiyantoko menjelaskan bahwa VCO merupakan produk lanjutan kelapa yang nilai ekonominya lebih tinggi dibandingkan dengan pembuatan minyak goreng ataupun penjualan kelapa secara langsung.

Selain pelatihan pembuatan VCO, ada penjelasan tentang pembuatan sabun yang memanfaatkan berbagai jenis minyak, seperti minyak sayur, VCO, minyak zaitun dan jenis minyak nabati lainnya. “Sabun hanya membutuhkan dua komponen penting dalam pembuatannya, yaitu minyak dan soda api.” jelas Bapak Jamalul Lail. “Dua bahan utama tersebut mudah ditemukan. Untuk menambah nilai estetiknya, dapat digunakan pewangi, pewarna, butter dan pemanis penampilan lainnya.” lanjut bapak Jamalul Lail. Ibu Reni Banowati juga menambahkan bahwa jumlah dan jenis basa yang digunakan dalam pembuatan sabun tergantung pada jenis sabun yang akan dibuat, seperti sabun mandi, sabun cuci tangan, sabun cuci piring atau jenis sabun lainnya.

Demo pembuatan sabun padat dan sabun cair dijelaskan oleh Ibu Puji Kurniawati dan Ibu Tri Esti Purbaningtias. Tahapan pembuatan sabun dijelaskan dengan mendetail sehingga warga dusun Kaliwanglu yang hadir dapat mempraktekkannya. Sedangkan pembuatan VCO dipraktekkan oleh Aprisilia Wijaya.

“Kelapa yang meruah di dusun ini dapat disulap menjadi produk turunan yang nilai ekonomisnya lebih tinggi. Produk VCO dan sabun hanya membutuhkan bahan yang mudah didapat dan tidak rumit pembuatannya.” jelas bapak Thorikul Huda pada saat penutupan. Harapan kami, para civitas akademika DIII Analis Kimia, pelatihan ini dapat menggugah warga untuk menggerakkan perekonomian dengan menciptakan industri rumahan yang produktif.

Kegiatan kuliah tamu kembali diselenggarakan oleh Program DIII Analis Kimia bekerjasama dengan Pusat Teknologi Limbah Radioaktif BATAN Serpong. Kuliah tamu yang bertajuk “APLIKASI TEKNOLOGI NUKLIR DAN PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DI INDONESIA” ini diselenggarakan pada Kamis, 23 Oktober 2014 di Ruang Auditorium FTSP. Agenda ini cukup istimewa karena diprakarsai langsung oleh Ajrieh Setiawan, A.Md selaku alumni Prodi DIII Analis Kimia Angkatan 2005 dan sekaligus salah satu staf Pusat Teknologi Limbah Radioaktif BATAN Serpong.

 PTLR sendiri memiliki agenda rutin yaitu sosialisasi dan edukasi mengenai nuklir dengan tujuan peserta sosialisasi memiliki pengetahuan yang jelas dan komprehensif mengenai nuklir dan aplikasinya. “Hasil sosialisasi ini diharapkan dapat mengubah persepsi mengenai nuklir, gampangnya peserta jadi melek nuklir”, tutur Imam Sasmito selaku pemateri utama pada kuliah umum ini. Di sela-sela penyampaian materi, pemateri juga melakukan demo penggunaan alat detector radiasi. Materi yang disampaikan Bapak Imam, panggilan akrab Imam Sasmito, sangat komprehensif mulai dari materi yang bersifat teori seperti atom, radiasi dan reaksi nuklir sampai hal-hal yang bersifat aplikatif seperti efek radiasi, bagaimana bekerja dengan radiasi nuklir secara aman sampai aplikasi nuklir sebagai dalam bidang pertanian, peternakan, kedokteran dan sebagai pembangkit listrik. Di sesi kedua, materi mengenai Pengelolaan Limbah Radioaktif disampaikan oleh Sayogo Supriantoro
Pada kesempatan ini dilakukan pula penandatangan MoU antara Prodi DIII Analis Kimia yang diwakili oleh Thorikul Huda, M.Sc selaku Ketua Prodi dan Ir. Suryantoro, MT selaku Kepala Pusat PLTR. Ruang lingkup kerjasama meliputi Praktik Kerja Lapangan (PKL), penelitian bersama dan pengabdian masyarakat. Dengan adanya MoU ini maka kesempatan terbuka lebar bagi mahasiswa Prodi DIII Analis Kimia UII untuk melakukan PKL di PTLR. “Saya sangat bangga dapat hadir kembali ke kampus tercinta UII dengan peran yang berbeda dan bertemu dengan adik-adik tingkat serta dosen-dosen tercinta untuk berbagi ilmu dan pengalaman”, imbuh Ajrieh di akhir acara.

 Wulan Dwi Utami, mahasiswi Semester V Program Studi DIII Analis Kimia FMIPA UII mendapatkan penghargaan sebagai Mahasiswa Berprestasi di Program Studi DIII Analis Kimia pada Semester Genap 2013/2014.  Penghargaan ini diberikan oleh Program Studi sebagai motivasi bagi mahasiswa untuk tetap berprestasi di tengah-tengah kegiatan akademik dan ekstrakurikuler yang sangat padat.  Wulan Dwi Utami berhasil menjadi mahasiswa berprestasi dengan indeks prestasi akademik 4,00 (Skala 0 – 4,0).  Atas prestasi yang telah diraihnya, Wulan mendapatkan piagam penghargaan dan beasiswa sebesar satu juta rupiah.  Penghargaan diberikan langsung oleh Ketua Program Studi DIII Analis Kimia FMIPA, Bapak Thorikul Huda,M.Sc. dalam rangkaian acara Kuliah Tamu Standarisasi, pada hari Minggu 11 Oktober 2014.

Wulan, sapaan akrab dari putri Bapak Suratna dan Ibu Isti Lestari adalah sosok mahasiswi yang pantas menyandang prestasi tersebut.  Mahasiswa yang selalu tampil anggun dan bersahaja ini sejak semester 1 telah memiliki prestasi akademik yang tinggi.  Gadis asal Kembang Arum XV Balong Donotirto Turi 03/31 Sleman Yogyakarta ini akan menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk lebih giat dalam meraih prestasi setinggi-tingginya.  Seluruh civitas akademika Program Studi DIII Analis Kimia FMIPA UII mengucapkan selamat kepada Wulan Dwi Utami.  Semoga Prestasi yang telah terukir akan semakin meningkat.  Selamat berkarya dan berpretasi. 

 Tim Proyek Sains Prodi DIII Analis Kimia menerima penghargaan poster terbaik dalam ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN) Pertamina yang di selenggarakan di Fakultas MIPA UII.  Tim yang beranggotakan Nursi Biwi Qayyumah, Siti Sopariah dan Shakila Nurul Anisa menggagas pembuatan bioetanol dari limbah kulit singkong. Karya yang dipresentasikan dalam bidang produk unggulan (PU) merupakan karya yang telah diujicobakan di laboratorium.

Tim yang dibimbing Ibu Yuli Rohyami, M.Sc. ini telah berhasil dalam membuat suatu inovasi pembuatan bioetanol dari limbah kulit singkong.  Kulit singkong merupakan salah satu limbah pengolahan singkong yang belum dimanfaatkan secara optimal.  Kulit singkong memiliki kandungan karbohidrat yang cukup besar dan sangat berpotensi dalam pembuatan bioetanol.  Inovasi dilakukan melalui proses fermentasi.  Kulit singkong dikumpulkan kemudian direbus kemudian difermentasi dengan menggunakan Sacharomyces Cereviceae dengan menggunakan nutrient yang mengandung nitrogen, fosfor dan kalium.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil fermentasi yang telah diujikan dengan Gas Chromatography menunjukkan bahwa hasil fermentasi dapat menghasilkan etanol hingga 24,79 %. Hasil inovasi ini akan terus dikembangkan untuk menghasilkan efektifitas produksi bioetanol dari limbah kulit singkong.