Workshop Tugas Akhir D3 Analis Kimia
Prodi D III Analis Kimia UII berusaha untuk selalu meningkatkan kualitas lulusannya. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan melakukan evaluasi pelaksanaan tugas akhir mahasiswa. Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan bentuk tugas akhir mahasiswa Prodi D III Analis Kimia FMIPA UII yang masih perlu dilakukan perbaikan untuk melihat ketercapaian kompetensi selama mahasiswa menempuh studinya. Evaluasi tugas akhir kali ini dilakukan melalui kegiatan Workshop Tugas Akhir dengan mengundang Ir. Hotma Prawoto, M.T selaku Direktur Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada sebagai narasumbernya. Kegiatan tersebut diselenggarakan pada tanggal 6 Oktober 2015 bertempat di Ruang Sidang Fakultas MIPA UII. Acara yang dimulai pukul 09.00 tersebut dibuka oleh Thorikul Huda selaku Ketua Program Studi D III Analis Kimia FMIPA UII dan dihadiri peserta utusan Prodi D III Ekonomi dan Prodi Teknokimia Nuklir STTN BATAN.
Dalam sambutannya Thorikul Huda melihat masih perlu adanya upaya perbaikan dalam pelaksanaan tugas akhir di Prodi D III Analis Kimia UII karena tempat PKL setiap mahasiswa berbeda. “Kami berharap akan adanya capaian kompetensi yang sama sesuai dengan level 5 KKNI pada pelaksanaan PKL di Prodi D III Analis Kimia di setiap tempat PKL”, tutur Thorik pada saat memberikan sambutannya.
Setelah Thoriku Huda memberikan sambutan dan membuka acara tersebut, Hotma Prawoto langsung menyampaikan pemaparan tentang urgensi tugas akhir bagi mahasiswa program vokasi. Menurut Hotma, tugas akhir mahasiswa vokasi adalah menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama kuliah. Tugas akhir mahasiswa vokasi dapat dilakukan dalam beberapa model seperti magang untuk pembuatan produk, magang yang selanjutnya membuat laporan saja dan kerja praktik untuk membuat penelitian terapan yang akhirnya dapat disampaikan dalam bentuk laporan penelitian. Pada kesempatan tersebut, narasumber juga menyampaikan bahwa konsep pembelajaran vokasional bersumber dari user. Model pembelajaran dari user akan menekankan pembelajaran berbasis masalah-masalah yang nyata (problem based learning).
Peningkatan kuaitas tugas akhir juga dibarengi dengan kemampuan dosen dalam mengajar. Dosen akan tahu persoalan manakala yang bersangkutan juga mengetahu dengan pasti permasalahan yang ada di industri. Oleh karena itu, Hotma juga menyarankan agar dosen yang mengajar di program vokasi juga harus magang di industri agar transfer knowledge juga sampai kepada mahasiswa. Ditambahkan oleh Hotma, bahwa idealnya rasio dosen dan mahasiswa di program vokasi adalah 1 : 20. Dengan demikian kualitas pembelajaran termasuk tugas akhir akan baik karena dosen lebih focus dalam melakukan pembimbingannya. Saran lain yang disampaikan oleh pembicara adalah pentingnya pemisahan secara tegas mengenai pengelolaan antara akademik dan vokasi. Pengelolaan dalam satu manajemen akan terjadi intervensi akademik pada jalur vokasional.
Setelah Thoriku Huda memberikan sambutan dan membuka acara tersebut, Hotma Prawoto langsung menyampaikan pemaparan tentang urgensi tugas akhir bagi mahasiswa program vokasi. Menurut Hotma, tugas akhir mahasiswa vokasi adalah menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama kuliah. Tugas akhir mahasiswa vokasi dapat dilakukan dalam beberapa model seperti magang untuk pembuatan produk, magang yang selanjutnya membuat laporan saja dan kerja praktik untuk membuat penelitian terapan yang akhirnya dapat disampaikan dalam bentuk laporan penelitian. Pada kesempatan tersebut, narasumber juga menyampaikan bahwa konsep pembelajaran vokasional bersumber dari user. Model pembelajaran dari user akan menekankan pembelajaran berbasis masalah-masalah yang nyata (problem based learning).
Peningkatan kuaitas tugas akhir juga dibarengi dengan kemampuan dosen dalam mengajar. Dosen akan tahu persoalan manakala yang bersangkutan juga mengetahu dengan pasti permasalahan yang ada di industri. Oleh karena itu, Hotma juga menyarankan agar dosen yang mengajar di program vokasi juga harus magang di industri agar transfer knowledge juga sampai kepada mahasiswa. Ditambahkan oleh Hotma, bahwa idealnya rasio dosen dan mahasiswa di program vokasi adalah 1 : 20. Dengan demikian kualitas pembelajaran termasuk tugas akhir akan baik karena dosen lebih focus dalam melakukan pembimbingannya. Saran lain yang disampaikan oleh pembicara adalah pentingnya pemisahan secara tegas mengenai pengelolaan antara akademik dan vokasi. Pengelolaan dalam satu manajemen akan terjadi intervensi akademik pada jalur vokasional.