Indonesian Chemicals Analysis segera Rumuskan Rancangan KKNI DIII Analis Kimia
Indonesian Chemicals Analysis menggelar Indonesian Chemicals Analysis Meeting and Seminar (ICHAMS) 2015 di Balai Diklat dan Industri Denpasar Bali pada Kamis, 2 April 2015. Pertemuan ini merupakan forum Program Studi DIII Analis Kimia se Indonesia yang telah dirintis sejak Tahun 2014 di Program Studi DIII Analis Kimia FMIPA UII. Pertemuan ICHAMS 2015 ini membahas pengembangan dan implementasi kurikulum berbasis kompetensi di sekolah vokasi.
Standardisasi kurikulum menjadi tantangan institusi dalam pengambangan kurikulum dalam menghadapi tantangan Masyarakat Ekonomi Asean. Standar Kompetensi Nasional Kimia Analisis (SKN-KA) menjadi standar kurikulum analis kimia yang telah dikembangkan sejak tahun 2003. Penyelenggaraan kurikulum pendidikan sekolah vokasi juga harus disesuaikan dengan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) dengan menggunakan standar pencapaian pembelajaran dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).
Pada pertemuan ini disepakati bahwa Program Studi DIII Analis Kimia akan membahas rancangan rumusan pencapaian pembelajaran (program learning outcome) yang akan berlaku di seluruh Indonesia. Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan bahwa rumusan deskripsi capaian pembelajaran yang mencakup tiga parameter, yaitu kemampuan di bidang kerja, lingkup kerja berdasarkan pengetahuan yang dikuasai dan kemampuan manajerial yang nantinya akan menjadi rumusan KKNI Level 5 untuk Jenjang Program Diploma III harus segera disepakati bersama. Rumusan program learning outcome ini akan disepakati dalam pertemuan pada bulan Mei 2015 mendatang di Program Studi DIII Analis Kimia FMIPA UII di Yogyakarta dengan mengundang seluruh Prodi DIII Analis Kimia se Indonesia.
Penguatan kompetensi lulusan untuk Program Studi DIII Analis Kimia mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Laboratory. Implementasi kurikulum harus mendapatkan pengawalan dan evaluasi yang berkelanjutan. Desain kurikulum jenjang diploma III dengan rasio matakuliah teori dan praktik 30 : 70 menjadi tantangan baru. Matakuliah penguatan aspek knowledge yang sebelumnya diberikan dalam matakuliah teori, maka dengan desain kurikulum baru beberapa matakuliah teori digabungkan. Matakuliah praktikum dengan bobot minimal 52 SKS memungkinkan untuk penguatan aspek teoritis dilaksanakan secara terintegrasi dalam kegiatan praktikum di laboratorium.
Desain kurikulum untuk sekolah vokasi ini sangat membantu dalam pencapaian kompetensi yang akan menjadi keunggulan para lulusan. Standar uji kompetensi dalam mendapatkan pengakuan kompeten oleh Lembaga Sertifikasi Kompetensi menggunakan standar SKKNI Bidang Laboratori. Standardisasi kompetensi menjadi sebuah keharusan agar para lulusan dapat bersaing menjadi tenaga profesional di pasar global. Bulan Juni mendatang, Badan Nasional Sertifikasi Profesi akan meluncurkan standar di Bidang Analisis Kimia dengan menggunakan acuan standar dari Australia. Standar inilah yang akan dipergunakan oleh Prodi Analisis Kimia sehingga lulusan jenjang DIII akan mendapatkan sertifikat V.